Tim PKM Untag Surabaya Latih Petani Kembangkan Olahan Jamur Pengganti Daging

  • 18 September 2024
  • VaniaS
  • 113

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Fakultas Vokasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengadakan pelatihan dan pendampingan bagi komunitas petani jamur di Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.


Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berjudul ‘Implementasi Inovasi Budidaya Jamur dalam Upaya Pengelolaan Produk Olahan Jamur di Lembah Tjeruk Desa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto’ yang bertujuan meningkatkan pendapatan petani melalui inovasi pengolahan jamur tiram menjadi crispy jamur dan kaldu jamur, serta pelatihan manajemen keuangan dan pemasaran produk secara offline maupun online.


Program PKM ini berlangsung dari Juli hingga Desember 2024 yang dikoordinasi oleh Dr. Dra. Tries Ellia Sandari, MM., CMA., CTA. bersama tim dosen terdiri dari Ir. Rini Rahayu Sihmawati, MP., MM, Ida Ayu Nuh Kartini, SE., MM dan Drg. Pramita Studiviany Soemadijo, MM. serta dua Mahasiswa FEB Untag Surabaya. 


“Kami berharap kerja sama ini dapat semakin memperkuat hubungan antara Untag Surabaya dan petani jamur, serta mendorong kreativitas dalam mengolah jamur tiram, dengan begitu kami lebih mudah membimbing petani pembudidaya jamur dengan lebih baik lagi. Terutama pada pembuatan jamur crispi dan olahan makanan pada kaldu jamur bisa lebih ditingkatkan lagi menjadi kaldu yang dikhususkan untuk MPASI yang aman dikonsumsi untuk balita,” ungkap Tries (17/9)




Jamur memiliki kandungan serat tinggi, tekstur lembut, rasa umami, serta khasiat medis. Selain itu, jamur yang diolah menjadi produk tahan lama, seperti crispy jamur, dapat bertahan hingga tiga bulan tanpa pengawet. Kaldu jamur yang dihasilkan juga aman untuk balita karena tidak menggunakan MSG atau bahan pengawet. Pengolahan jamur tiram sebagai pengganti daging diharapkan menjadi pilihan yang lebih sehat.


Latif, pimpinan komunitas petani jamur, mengapresiasi pelatihan ini. Menurutnya, program ini membantu meningkatkan pendapatan petani, karena produk olahan seperti crispy jamur dan kaldu jamur memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan jamur mentah.


“Sebelumnya, petani hanya menjual jamur mentah ke pasar tradisional sehingga harganya rendah jika dibandingkan menjual jamur yang telah di olah menjadi makanan siap saji,” kata Latif


Ia juga menambahkan bahwa pengolahan jamur menjadi aneka produk olahan yang lebih beragam dapat memperkenalkan konsumsi jamur sebagai pengganti daging kepada masyarakat luas.

 

“Sehingga masyarakat mulai membiasakan budaya makan jamur sebagai salah satu pengganti daging dan petani nantinya juga mendapatkan penghasilan yang lebih besar dengan menjual jamur olahan daripada menjual jamur mentah kepada konsumen,” imbuhnya


Selain keterampilan pengolahan jamur, petani juga diberikan manajemen sederhana dan strategi pemasaran produk, baik secara offline maupun online. Program ini tidak hanya memberikan keterampilan baru, tetapi juga mendorong terbentuknya wirausaha baru yang kreatif dan inovatif.


“Kami juga mendapatkan pelatihan manajemen yaitu tentang pembukuan sederhana dan cara memasarkan produk olahan kami baik secara offline maupun secara online. Saya berterimakasih kepada pada dosen yang telah memberikan pelatihan dan pendampingan olahan makanan berbahan baku jamur tiram. Semoga kedepannya petani jamur dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat produk-produk baru yang diminati konsumen pecinta jamur,” tutup pimpinan petani jamur, di Pacet Mojokerto


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Vania

Reporter