Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Sebagai bulan penuh berkah, Ramadan bukan hanya tentang puasa, membaca Al-quran dan ibadah lainnya. Bagi mayoritas muslim Indonesia, bulan Ramadhan diramaikan dengan melimpahnya pedagang ultra mikro yang menjajakan dagangannya sebelum buka puasa.
Hal ini dinyatakan bahwasannya bulan ramadhan menjadi kesempatan dan manfaat besar dalam aspek ekonomi. Kepada Warta 17 Agustus (18/3), Dosen Praktisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untag Surabaya, Dr. Mohammad Hafi, SE, MM, CMA, CIMA, CRMP, CHRP, CRM, CERM menjelaskan fenomena tersebut merupakan momen memperbaiki ekonomi masyarakat.
“Pada bulan ramadhan daya beli masyarakat meningkat dan terdistribusi. Jadi orang yang ingin berkecukupan akan berdonasi agar orang di kelompok masakin mendapat lebih keuangan dan daya beli lebih banyak," ujarnya
Aspek psikologis dan keyakinan beragama, sambungnya, juga memengaruhi hal tersebut. Banyak orang merasa bahwa bulan ramadhan merupakan saat yang tepat untuk bersedekah dan membelanjakan uang yang mereka miliki, sehingga permintaan pun semakin meningkat.
Pendiri PT. Berlian juga menekankan bahwa kebutuhan masyarakat tersebut yang harus ditangkap oleh pasar saat bisnis mikro baru muncul.
“Untuk memenuhi permintaan masyarakat juga telah menambah penawaran barang ke para pedagang. Peningkatan terakhir ini juga menyebabkan perubahan posisi kesetimbangan. Banyak orang yang sudah merencanakan keuangannya untuk menghadapi bulan ramadhan. Ada sebagian orang yang memilih untuk membuat tabungan Idul Fitri, kalau di kampung ada arisan lebaran. Itu uang yang sengaja dikumpulkan untuk ramadan dan idul fitri,” tambah Dosen Praktisi Ekonomi dan Bisnis itu.
Dr. Hafi menambahkan agar para pedagang harus bisa bertindak rasional dan memahami pasar, sehingga bisa melakukan stok barang secara efektif. Beliau berpesan kepada para pedagang ultra mikro baru untuk tidak glorifikasi peluang bisnis di bulan ramadhan mencari modal dengan berutang.
“Jangan sampai glorifikasi prospek usaha di bulan Ramadan membuat pedagang ultra mikro baru mencari modal dengan berutang. Skema pembiayaan berhutang berbahaya untuk bisnis yang sewaktu- waktu atau musiman. Karena setelah lebaran, tak sedikit orang yang terlilit utang besar. Mereka salah perhitungan dengan dalih kecurangan, mereka tidak menjual produknya,” tuturnya. (Nabila)