Tradisi Perayaan Natal Berbagai Daerah di Indonesia

  • 03 Januari 2025
  • 35

Setiap 25 Desember, umat Kristiani merayakan Hari Natal untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus. Hari Natal selalu identik dengan sukacita, kebersamaan keluarga, aneka hiasan, pohon natal hingga tradisi tukar kado.


Bukan hanya itu, beberapa daerah di Indonesia memiliki beragam tradisi perayaan Natal yang unik. Tradisi ini telah dilakukan turun temurun baik saat menjelang maupun pada saat Hari Natalnya. Berikut beberapa di antaranya:


1. Wayang Wahyu (Yogyakarta)

Tradisi Wayang Wahyu adalah pagelaran wayang kulit yang mengangkat kisah-kisah Alkitab sebagai bagian dari perayaan Natal di Jawa. Karakter Wayang Wahyu terbuat dari kulit kerbau. Wayang ini mewakili figur Alkitab, termasuk Yesus, dan diwariskan secara turun-temurun. Tradisi ini menjadi simbol toleransi dengan menyampaikan nilai-nilai agama tanpa paksaan, sekaligus memadukan budaya lokal dan ajaran Kristiani untuk memperkuat keberagaman.


2. Ngejot dan Penjor (Bali)

Menjelang Natal, umat Kristiani di Bali menjalankan tradisi Ngejot dan Penjor. Ngejot berarti berbagi makanan, seperti ayam panggang, kue manis, babi kecap, telur, dan sayur, kepada sesama. Penjor, bambu hias berjanur kuning yang dipasang di depan rumah, menjadi simbol syukur atas anugerah Tuhan.


3. Rabo-Rabo (Jakarta)

Ritual Rabo-Rabo dimulai dengan ibadah di gereja, dilanjutkan silaturahmi ke tetangga dan kerabat untuk saling memaafkan. Tradisi ini dimeriahkan dengan seni Keroncong Tugu dan arak-arakan dari rumah ke rumah, dipimpin oleh Ketua Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT). Di setiap rumah, mereka bernyanyi, berjoget, dan saling berciuman pipi sebagai simbol kebersamaan.


4. Kunci Taon (Sulawesi Utara)

Kunci Taon, tradisi masyarakat Manado, berlangsung dari Desember hingga awal Januari. Dimulai dengan menghias makam keluarga di awal Desember, tradisi ini dilanjutkan dengan ibadah Natal dan silaturahmi ke keluarga. Puncaknya, pada minggu pertama Januari, warga berpawai keliling kampung mengenakan kostum unik, termasuk Sinterklas yang membagikan hadiah kepada anak-anak.


5. Meriam Bambu (Flores)

Tradisi Meriam Bambu di Flores dan Manggarai melibatkan semua generasi, dari muda hingga tua. Dahulu, meriam bambu dibunyikan sebagai tanda duka atau wafatnya tokoh penting. Kini, tradisi yang diwariskan ini dilakukan untuk menyambut sukacita Natal dan merayakan kelahiran Yesus Kristus.


6. Bakar Batu (Papua)

Di Papua Barat, tradisi Bakar Batu menjadi simbol kebersamaan dalam perayaan Natal. Pria mengumpulkan batu dari sungai, sementara wanita mengumpulkan buah dan sayur dari hutan. Beberapa kelompok lain membuat lubang sedalam 50 cm untuk menempatkan batu panas. Setelah batu dibakar, panasnya digunakan untuk memasak daging babi. Puncak acara adalah makan bersama, di mana makanan dibagikan secara bergiliran, mempererat tali kasih dan kebersamaan.


7. Marbinda Marhobas (Sumatra Utara)

Marbinda, dalam bahasa Batak, berarti menyembelih hewan bersama. Tradisi ini dilakukan oleh sekelompok masyarakat dengan dana patungan dari beberapa keluarga yang ada dalam satu lingkungan tempat tinggal atau dalam kumpulan marga yang sama. untuk membeli hewan seperti babi, kerbau, sapi, atau kuda. Kaum pria memotong daging, sementara wanita menyiapkan bumbu untuk memasak. Acara diakhiri dengan doa bersama, perayaan, dan makan bersama sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. (Gita)


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id