Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Beberapa tahun terakhir, olahraga lari semakin diminati di Indonesia. Tidak hanya sekadar aktivitas fisik, lari telah menjadi bagian dari gaya hidup yang digandrungi berbagai kalangan. Fenomena ini didukung oleh pesatnya perkembangan komunitas lari, maraknya penyelenggaraan acara maraton, serta kemajuan teknologi yang menunjang performa pelari.
Berpartisipasi dalam maraton, yang sering kali menempuh puluhan kilometer, bukanlah perkara mudah. Tantangan tersebut memerlukan kekuatan fisik dan mental yang tangguh. Namun, keberhasilan menyelesaikan maraton memberikan sensasi kepuasan dan kebanggaan tersendiri, seperti yang dirasakan oleh Ghina Ramadhani S.I.Kom., M.I.Kom, seorang Tenaga Kependidikan Untag Surabaya yang gemar berlari.
“Bagi saya, lari adalah olahraga sederhana yang tidak memerlukan peralatan khusus, cukup dengan sepatu yang nyaman dan jam tangan digital untuk memantau performa, kita sudah bisa mulai berlari,” jelas Ghina (15/11)
Olahraga lari memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. Dilansir dari Kompas.tv, lari secara rutin dapat memperkuat jantung dan meningkatkan kapasitas paru-paru, sehingga tubuh lebih efisien dalam mengalirkan darah dan oksigen. Latihan konsisten juga membantu meningkatkan kebugaran kardiovaskular, daya tahan otot, dan metabolisme.
Bagi banyak orang, berlari bukan sekadar hobi, tetapi juga ajang untuk merayakan keberhasilan pribadi dan merasakan pencapaian yang mendalam. Ghina menambahkan bahwa olahraga lari telah membantu memperkuat paru-parunya, yang sebelumnya rentan akibat asma.
“Sebelumnya, saya memiliki asma yang sering kambuh dalam situasi tertentu. Namun, saya memilih lari sebagai olahraga karena meskipun memiliki asma, lari dapat membantu memperkuat paru-paru dan meningkatkan kapasitas pernapasan,” imbuh alumni Magister Ilmu Komunikasi Untag Surabaya tersebut
Selain manfaat fisik, lari juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Selama berlari, tubuh melepaskan endorphin, hormon yang dikenal sebagai ‘hormon bahagia’ yang dapat mengurangi stres, kecemasan, dan memperbaiki suasana hati. Kegiatan ini bahkan dapat meningkatkan kualitas tidur dan memberikan efek relaksasi pada pikiran.
Ghina, yang telah mengikuti berbagai event lari seperti JConnect Run Bank Jatim, ISO Plus Run, Green Force, dan Suroboyo Mlayu Bengi, menjelaskan bahwa kegiatan seperti ini memberikan kesempatan untuk bertemu dengan para pelari lain dan berbagi motivasi.
“Selain itu, lari juga efektif untuk mengurangi stress. Saat ini saya sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Pahlawan Run dan Airlangga Run yang diadakan pertengahan bulan November 2024. Acara seperti maraton dan fun run memberikan pengalaman baru yang seru dan semakin memotivasi saya untuk terus berlari. Semoga ke depannya semakin banyak acara menarik yang bisa diikuti,” tutup Ghina
Sementara itu, Mohammad Insan Romadhan, S.I.Kom., M.Med.Kom. dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya, juga menyampaikan pengalaman serupa. Baginya, lari menjadi pilihan olahraga yang praktis dan mudah dilakukan di mana saja, terutama bagi mereka dengan rutinitas yang padat.
“Lari adalah olahraga yang simple, tidak membutuhkan banyak alat, dan mudah dilakukan dimana saja. Apalagi dengan rutinitas kita yang padat, maka kita butuh olahraga yang praktis, olahraga lari menjadi pilihan,” ujar Kaprodi Imu Komunikasi Untag Surabaya tersebut (15/11)
Insan telah berpartisipasi dalam acara seperti ColoRun, Magic Run, dan Night Run, serta sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Prambanan Run.
Kombinasi manfaat fisik dan mental tersebut menjadikan lari sebagai olahraga yang mendukung keseimbangan hidup secara menyeluruh, menjadikannya pilihan utama bagi mereka yang ingin menjalani gaya hidup sehat dan aktif.
Meski lari bersifat individu, komunitas lari menjadi wadah untuk bertukar pengalaman, memberi motivasi, dan berbagi tips. Interaksi ini menciptakan rasa kebersamaan, menjadikan lari lebih menyenangkan dan mendorong banyak orang menjadikannya bagian dari gaya hidup sehat.
Reporter