Tren Takjil Diserbu Nonis, Panggilan Toleransi Antarumat Beragama

  • 22 Maret 2024
  • VaniaS
  • 329

Tren antusiasme non-Islam (Nonis) berburu takjil belakangan ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat Indonesia yang sedang berpuasa. Pasalnya, mereka tidak melaksanakan ibadah puasa, namun sengaja keluar rumah sejak sore atau siang hari, untuk bisa membeli takjil yang enak tanpa harus berebut.


Fenomena takjil belakangan ini menjadi sorotan di media sosial. Para netizen protes terhadap kehadiran Nonis yang mendatangi pedagang takjil. Hal ini terungkap melalui salah satu cuitan seorang pengguna TikTok yang merupakan seorang netizen Muslim.


“Selain setan yang dikurung, tolong kurung nonis (non-Islam) juga. Setidaknya dari jam 3 sampe maghrib deh biar takjil kami aman. Gua jam 5 nyari takjil udah kehabisan,” protes salah satu pengguna TikTok @Bocahtua


Nurul Huda, S.Ag., M.Pd, Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP 17 Agustus 1945 (SMPTAG) Surabaya angkat suara, menyatakan bahwa fenomena ini tidak berhubungan dengan akidah atau keyakinan, dan seharusnya tidak menjadi permasalahan.


“Tidak masalah, karena ini tidak berkaitan dengan masalah akidah atau keyakinan, jika niat syiar Islam, maka bisa saja akan menarik simpati non-Islam terhadap cara berbagi umat Islam,” jelasnya (20/3/24).


Huda, sapaan akrabnya, menegaskan pentingnya umat Muslim untuk memelihara sikap toleransi antar umat beragama. Menurutnya, toleransi adalah pondasi penting dalam menjaga kerukunan dan keharmonisan di tengah masyarakat yang beragam keyakinan.


“Toleransi di kedepankan dalam rangka menciptakan kerukunan dan kebersamaan antar umat,” imbuh Huda.


Kepala Urusan Kesiswaan SMPTAG Surabaya tersebut juga menekankan bahwa fenomena ini bukan hal baru, namun kemunculannya menjadi lebih mencolok karena intens dibicarakan di media sosial.


“Kejadian itu sudah lama, hanya dengan adanya media cepat terekspos dan menjadi pembicaraan publik. Tidak perlu mempersoalkan hal tersebut berlebihan di media sosial dan juga jangan ikut-ikutan berkomentar yang mempengaruhi orang berpikiran negatif terhadap non-Islam yang notabane kita berdampingan, saling membutuhkan keseimbangan dalam keseharian,” katanya.


Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai platform untuk berbagi informasi, tetapi juga menjadi alat yang sangat berpengaruh dalam membentuk persepsi dan perhatian publik terhadap berbagai fenomena.


Huda berharap tren Nonis berburu takjil ini tidak menjadi permasalahan besar, sehingga seluruh umat beragama dapat saling menghargai satu sama lain.


“Pasif saja dalam menanggapi konten-konten seperti itu, diharapkan kita semua harus saling menghargai antar umat beragama. Ketika ada orang yang sedang puasa, juga jangan makan di depannya,” tutupnya.


Penting bagi pengguna media sosial untuk menggunakan platform dengan bijak, karena dampaknya dapat merambah berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari politik, budaya, hingga sosial. Dengan menjaga sikap terbuka dan toleran, kita membangun fondasi kuat untuk harmoni antarumat beragama dan masyarakat yang inklusif dalam keberagaman.



https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Vania

Reporter