Untag Surabaya Luncurkan Sekolah Perempuan Merdeka, Suarakan Kesetaraan Gender

  • 01 Juli 2025
  • 22

Budaya patriarki yang masih mengakar dan maraknya kekerasan berbasis gender menjadi pengingat bahwa suara perempuan tidak boleh diredam. Feminisme bukan sekadar gerakan, melainkan kesadaran kolektif bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk hidup aman, dihargai, dan berdaya. 


Kesetaraan gender merupakan kepentingan seluruh umat manusia yang menjunjung keadilan. Ketika perempuan terbebas dari kekerasan, ketika mereka mendapatkan ruang untuk belajar dan memimpin, maka masyarakat secara keseluruhan akan menjadi lebih kuat, inklusif, dan sejahtera.


Sebagai wujud nyata dari komitmen terhadap perjuangan itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untag Surabaya menginisiasi Sekolah Perempuan Merdeka, yang resmi diluncurkan pada Senin, 23 Juni 2025 di Auditorium Lantai 6 Gedung R. Ing. Soekonjono Untag Surabaya.


Membuka Ruang Dialog dan Aksi Nyata


Sekolah Perempuan Merdeka lahir dari kegelisahan bersama atas minimnya kesadaran generasi muda terhadap isu kesetaraan dan keadilan gender. Diskusi yang intens antara BEM Untag Surabaya dan Yayasan Cita Kita melahirkan gagasan mengenai ruang edukatif, kritis, dan transformatif yang tidak hanya membahas ketimpangan gender, tetapi juga melibatkan laki-laki sebagai bagian dari perjuangan kolektif.


“Setiap hari kita dihadapkan pada berita kekerasan terhadap perempuan. Di media sosial, di kampus, di lingkungan sekitar. Sekolah ini hadir sebagai ruang untuk menyusun strategi bersama dalam menghadapi ketidakadilan berbasis gender,” ujar Erna Andriyani dari Yayasan Cita Kita dalam prolog pembuka (23/6)


Kolaborasi Progresif dari Untag Surabaya


Peluncuran Sekolah Perempuan Merdeka bukan sekadar seremoni, melainkan juga menjadi momentum penguatan citra Untag Surabaya sebagai kampus yang peduli terhadap isu sosial dan pemberdayaan perempuan. Dalam sambutannya, Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni Untag Surabaya, Febby Rahmatullah Masruchin, S.T., M.T., yang mewakili Rektor, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif BEM.


“Sekolah Perempuan ini adalah transformasi. Kami mendukung penuh gagasan ini karena menyentuh esensi peran kampus sebagai agen perubahan sosial,” ujarnya (23/6)


Ia juga menyoroti langkah konkret kampus dalam mendorong peran perempuan, mulai dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bela diri untuk mahasiswa perempuan, partisipasi mereka dalam program kewirausahaan nasional, hingga dominasi isu perempuan dalam riset mahasiswa.


Dukungan Penuh YPTA Surabaya


Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya, J. Subekti, S.H., M.M turut menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif ini. Dengan penuh semangat, ia menyebut bahwa perempuan adalah sosok patriotik sejati.


“Perempuan adalah tiang negara. Tanpa mereka, tidak akan ada generasi penerus. Sekolah Perempuan ini bukan hanya langkah Untag Surabaya, tapi juga investasi masa depan bangsa,” tegasnya.


Isi dan Tujuan Sekolah Perempuan Merdeka


Sekolah ini dirancang sebagai ruang dialogis, bukan sekadar tempat belajar teori. Mahasiswa diajak untuk membongkar akar-akar ketimpangan, mulai dari budaya victim blaming, seksisme terselubung, dominasi kekuasaan, hingga minimnya edukasi gender di institusi pendidikan.


Irmasanthi Danadharta, S.Hub.Int., MA., dari Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UNTAG Surabaya, mengulas secara mendalam tantangan-tantangan utama dalam upaya pencegahan kekerasan seksual di lingkungan kampus. 


Ia menekankan bahwa salah satu akar persoalan adalah budaya yang menormalisasi ketimpangan kekuasaan dan kurangnya pemahaman terhadap perspektif korban. Menurutnya, membangun kesadaran kolektif melalui pendidikan kesetaraan gender dan pendekatan berbasis empati terhadap korban menjadi langkah krusial dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman dan inklusif bagi semua.


Melalui Sekolah Perempuan Merdeka, Untag Surabaya menegaskan komitmennya sebagai kampus inklusif yang mengarusutamakan isu perempuan dan keadilan gender. Peluncuran ini menjadi pesan bahwa perubahan lahir dari keberanian untuk bersuara dan bergerak bersama. (Boby)



https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

\