Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kebangsaan Untag Surabaya bersama Kemitraan Indonesia sukses mengadakan Talkshow dengan tema ‘Mewujudkan Kampus Inklusif: Guna Menuju Kesetaraan Gender Berdasarkan Pancasila’ di Luminor Hotel, Surabaya (15/12/23).
Kegiatan talkshow dipandu oleh Tiara Del Vienna, Presiden BEM FISIP, yang mengundang empat pemateri antara lain Nuniek Silalahi, SS., M.Pd. (Pembina Ikatan Wanita Untag), Diah Puspitasari, S.Sos., M.Si. (Dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya), Prof. Dr. Nunuk Nuswardani, S.H., M.H. (Guru Besar Universitas Trunojoyo Madura), Moch. Yasir Sani, S.AP., M.KP. (Program Manager, Kemitraan Indonesia).
Wakil Rektor I Untag Surabaya, Harjo Seputro, S.T., M.T. dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk mencapai kesetaraan gender harus diupayakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Kami merasa bahagia melihat inisiasi dari Unit Kegiatan Mahasiswa Kebangsaan yang mengangkat tema kesetaraan gender. Mengingat topik ini masih dinilai sensitif. Kesadaran dan kesetaraan gender tentu harus diupayakan oleh semua lingkup masyarakat. Implementasi dari Permendikbudristek No. 30 tahun 2021, di Untag Surabaya sudah ada Satgas Pusat Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS),” ujarnya (15/12).
Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya, J.Subekti., S.H., M.M menegaskan bahwa Untag Surabaya menduduki peringkat kegita sebagai Kampus Inklusif Kesetaraan Gender.
“Saya mengucapkan terima kasih sudah bisa merangkum acara yang begitu penting bagi Indonesia. Informasi terbaru bahwa Untag Surabaya menjadi Kampus ketiga yang mengadakan acara Kampus Inklusif Kesetaraan Gender setelah UI dan UGM. Semoga acara penting ini menjadi pemersatu bangsa bagi kita semua,” tegas Ketua YPTA Surabaya.
Dalam penyampaian materinya, Prof. Dr. Nunuk Nuswardani, S.H., M.H. menyoroti kepentingan keberadaan crisis centre di perguruan tinggi.
“Kampus bisa diibaratkan sebagai lab sosial yang inklusif dalam mencegah kekerasan sosial. Dalam prakteknya, PPKS sebagai lembaga layanan publik yang memenuhi unsur-unsur layanan dari sisi fisik dan psikis. Sisi psikis meliputi rasa aman, nyaman, tertib. Dan juga sisi perasaan seperti diperlakukan dengan baik, ramah dan manusiawi,” ungkapnya
Sebaiknya, universitas memiliki crisis centre yang membawahi PPKS. Crisis centre yang memiliki shelter. Dalam situasi di mana mahasiswa menghadapi kesulitan untuk menemukan tempat perlindungan, maka shelter dari crisis centre dapat menjadi solusi.
“Lebih optimal lagi jika terdapat call centre yang beroperasi 24 jam,” imbuhnya.
Diah Puspitasari, S.Sos., M.Si., menyampaikan bahwa sebagai mahasiswa harus memiliki stock of knowledge atau bekal pengetahuan.
“Jangan sia-siakan ilmu, materi, dan waktu. Sebagai mahasiswa, yang sering disebut sebagai kaum intelektual, harus terus mereproduksi pengetahuan. Stock of knowledge yang dimiliki harus terus dibangun,” tutup Dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya (15/12). (Laras)