Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Konflik berkepanjangan antara Ukraina dan Rusia pecah setelah Ukraina menolak tawaran perdamaian Indonesia. Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Indonesia mempresentasikan gagasan resolusi perdamaian pada Dialog Konferensi Tingkat Tinggi pertahanan Shangri-La di Singapura, yang terjadi baru-baru ini.
Menanggapi hal tersebut, Irmasanthi Danadharta, S.Hub.Int., M.A., Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Untag Surabaya memberikan komentar bahwa gagasan perdamaian sangat wajar jika Ukraina dan negara-negara Barat langsung menolaknya.
“Jika melihat lebih jauh ke dalam pandangan ini, keberpihakan lebih mendukung Rusia. Karena tidak logis, tidak sesuai dengan situasi di lapangan saat ini. Tidak mempertimbangkan latar belakang sejarah dan politik kawasan Eropa Timur, serta tidak sejalan dengan prinsip Indonesia sendiri,” jelas Irmasanthi
Irmasanthi mengungkapkan, keputusan yang dinilai kurang matang itu menjadi poin yang sangat disayangkan saat diungkapkan saat KTT Shangri-La, Singapura. Pasalnya, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini Indonesia dinilai kurang mempertimbangkan beberapa faktor pemicu konflik Rusia-Ukraina.
“Rusia kini telah memasuki ratusan kilometer di dalam perbatasan Ukraina. Jika sejalan dengan proposal perdamaian yang diajukan Indonesia, Indonesia menginginkan penarikan pasukan sejauh 15 km dan pembentukan zona demiliterisasi (DMZ),” kata Irmasanthi
Hal itu tidak relevan karena kuantitas wilayah jajahan Rusia yang sudah banyak menguasai Ukraina serta saat ini Ukraina sedang banyak mendapatkan dukungan amunisi dari pihak internasional.
“Selain itu, zona itu harus dijaga oleh pasukan perdamaian yang juga memerlukan persetujuan dari Dewan Keamanan PBB. Dalam hal ini, Rusia menjadi salah satu anggota tetap yang memiliki hak veto secara mutlak. Sehingga, pengambilan keputusan ini akan sangat menguntungkan Rusia. Kalau penawarannya di awal perang, tentu masuk akal bagi Ukraina, karena mereka sedang terdesak. Saat ini kondisi Ukraina sedang di atas angin,” tutup (Elisa)