Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Spyware yang dikembangkan perusahaan teknologi Israel, Pegasus, kembali menjadi perbincangan dunia maya. Diketahui Pegasus saat ini digunakan untuk memata-matai politisi, aktivis, jurnalis, hingga pemerintah di beberapa negara di dunia.
Pegasus memiliki kemampuan untuk memata-matai pengguna smartphone baik Android atau iOS dengan mencuri data-data milik kurban. Berdasarkan laporan Forbes, Pegasus diperkirakan telah menjangkit sekitar 50.000 perangkat di seluruh dunia. Perlahan pertanyaan mengenai bagaimana cara kerja Pegasus mulai bermunculan.
Pegasus bahkan dapat menginfeksi perangkat dengan serangan zero-click, yang tidak memerlukan interaksi apa pun dari korban. Contoh serangan ini telah terjadi pada 2019, yaitu sebanyak 1.400 smartphone menjadi target serangan Pegasus hanya melalui panggilan WhatsApp. Cara kerjanya ketika telepon berdering tanpa diangkat, otomatis Pegasus telah terinstal pada perangkat korban.
Spyware berbahaya ini apabila sukses terinstal di smartphone, maka pelaku dapat dengan bebas memata-matai, mencuri data, serta mengendalikan perangkat tersebut tanpa diketahui oleh pengguna atau korban. Tidak hanya itu, mereka juga dapat mengaktifkan mikrofon dan kamera pada smartphone korban untuk mengintai aktivitas dan pembicaraan korban.
Lebih lanjut, Pegasus juga memiliki kemampuan untuk menyadap teks percakapan yang terdapat pada aplikasi chatting, mengetahui detail di mana lokasi pengguna korban, dan masih banyak lagi hal berbahaya yang dapat dilakukan. Secara umum Pegasus dapat mencuri seluruh data yang tersimpan di dalam penyimpanan smartphone korban.
Claudio Guarnieri, Peneliti dari laboratorium keamanan organisasi hak asasi manusia global Amnesty International menjelaskan bahwa, ketika iPhone telah terinstal Pegasus, maka hal tersebut sama saja memberikan hak akses secara bebas kepada pihak pengirim Pegasus atau pelaku.
‘’Ketika sebuah iPhone ditempeli Pegasus, oknum yang menyebarnya bisa mendapatkan hak akses root atau administrator dari perangkat tersebut, lebih dari korban yang hanya sekadar menjadi pengguna,’’ ujar Claudio Guarnieri (26/7/2021).
Amnesty International sendiri sebenarnya telah membuat sebuah alat untuk mendeteksi Pegasus yang bernama Mobile Verification Toolkit. Hanya saja tool yang tersedia untuk perangkat Android dan iOS tersebut masih sebatas kumpulan kode yang tersimpan pada pustaka source code GitHub, belum berupa sebuah aplikasi.
sumber : kompas.com
Reporter