Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Untag Surabaya melalui Badan Kemahasiswaan dan Alumni (BKA), terus mendukung mahasiswanya agar sukses memperoleh hibah nasional melalui Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW).
Salah satu upaya tersebut diwujudkan dalam Workshop Finalisasi Proposal P2MW bertajuk “Menemukan Blind Spots dalam Menyusun Proposal Pendanaan Usaha”, berlangsung pada Kamis, 13 Maret 2025, di Auditorium Lt.6 Gedung R. Ing. Soekonjono Untag Surabaya
Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa pengusul P2MW Untag Surabaya dan dosen pembimbing. Menariknya, mahasiswa membawa produk ide bisnis mereka untuk dipajang di meja depan panggung dan direview langsung oleh narasumber.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor I Untag Surabaya, Harjo Seputro, S.T., M.T., menyoroti pentingnya pencapaian akademik dan non-akademik dalam meningkatkan atmosfer akademik kampus.
Ia juga menambahkan bahwa universitas telah menerapkan kebijakan rekognisi kemahasiswaan, di mana prestasi dan karya mahasiswa mendapat pengakuan formal dalam sistem akademik.
Menariknya, di Untag Surabaya, hampir semua program studi memiliki mata kuliah kewirausahaan dengan berbagai nama. Hal ini menunjukkan bahwa semangat wirausaha tidak hanya terbatas pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), tetapi juga fakultas lainnya.
“Kami sedang berupaya menyeragamkan materi pembelajaran kewirausahaan agar lebih selaras di semua prodi. Hari ini adalah finalisasi proposal yang akan mewakili Untag Surabaya untuk bersaing di tingkat nasional. Kami sangat bangga dengan semangat mahasiswa,” tegas Wakil Rektor I Untag Surabaya (13/3/25)
Workshop ini menghadirkan Jacob Win, ACC., S.T., S.Kom., M.Kom., seorang Reviewer P2MW dari Kemdikbud sekaligus Professional Business Coach. Jacob membimbing mahasiswa agar lebih memahami tahapan dalam membangun usaha yang berpotensi mendapatkan pendanaan.
Ia menjelaskan bahwa dalam P2MW, usaha yang diusulkan dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu Tahapan Awal Usaha dan Tahapan Bertumbuh.
“Tahapan Awal Usaha adalah tahapan yang belum berjalan atau baru berjalan kurang dari enam bulan. Pada tahap ini, mahasiswa cukup memiliki ide bisnis yang unik dan berbentuk prototype. Tahapan Bertumbuh adalah usaha yang sudah berjalan minimal enam bulan atau pernah mengikuti
P2MW tahap awal. Mahasiswa diharapkan sudah memiliki penjualan, laporan laba rugi, serta validasi pasar,” jelas Jacob (13/3)
Jacob menekankan bahwa dalam membangun usaha, inovasi adalah kunci utama. Ia mengajak mahasiswa berpikir kritis dengan memberikan contoh unik, seperti produksi jilbab dari tembaga.
“Apakah itu inovasi? Tidak. Itu ide yang tidak masuk akal. Inovasi adalah sesuatu yang baru dan bisa menyelesaikan masalah nyata,” tegas Reviewer P2MW Kemdikbud tersebut
Pada P2MW terdapat enam kategori usaha, meliputi makanan dan minuman, budidaya, industri kreatif, seni, dan budaya, jasa perdagangan dan pariwisata, manufaktur dan teknologi terapan, serta bisnis digital.
Dari keenam kategori tersebut, makanan dan minuman menjadi kategori paling ketat persaingannya. Jacob memberikan tips agar usaha di kategori ini bisa menonjol, yaitu dengan menambahkan inovasi dan value, menggunakan bahan lokal, serta memastikan produk layak dan sehat dikonsumsi.
Saat sesi review, Jacob menyoroti sebuah produk cookies bayi sehat yang diajukan mahasiswa. Setelah mendengar penjelasan mereka, ia menantang peserta untuk lebih mempertajam inovasinya.
“Inovasi adalah solusi untuk masalah nyata. Jika cookies ini tidak terbuat dari bahan tertentu, apakah bayi akan mengalami masalah? Jika tidak, berarti inovasinya masih perlu diperkuat,” tekan Jacob memberi masukan produk mahasiswa
Dengan adanya workshop ini, diharapkan mahasiswa dapat menyusun proposal yang lebih tajam, inovatif, dan kompetitif sehingga mampu lolos dan mendapatkan pendanaan P2MW di tingkat nasional.
Reporter