Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Mewujudkan kampus ramah disabilitas merupakan komitmen Untag Surabaya sebagai salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia. Demi memberikan kontribusi yang maksimal, Untag Surabaya terus benahi fasilitas mahasiswa disabilitas di lingkungan kampus.
Umar Syaroni, M.Med.Kom., CPSP, Humas Untag Surabaya menyebut tujuan memperbaiki fasilitas adalah menyamaratakan seluruh peluang dan kesempatan di Lingkungan Untag Surabaya.
“Sudah saatnya Untag Surabaya memberikan dukungan penuh untuk memberi ruang yang sama bagi penyandang disabilitas di tingkat mahasiswa, dosen dan staff untuk mendapat kesempatan yang sama dalam kegiatan belajar pengajaran di wilayah UNTAG,” paparnya.
Kak Umar, panggilan akrabnya, menyebutkan bahwa saat ini Untag Surabaya peringkat 20 Kampus Ramah Disabilitas.
“Harapan kedepanya bukan hanya meningkatkan fasilitas yang ramah disabilitas, namun dengan mengetahui Untag Surabaya kampus ramah disabilitas ini mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan tidak deskirminatif penyandang disabilitas” ucapnya.
Percaya bahwa terus belajar merupakan salah satu cara untuk berkembang, Ilmu Komunikasi Untag Surabaya mengundang dan belajar dari Komunitas Seru Hore demi meningkatkan pengetahuan dan kapabilitas terhadap disabilitas.
Implementasi dari pembelajaran tersebut diwujudkan dalam acara “Setara Dalam Berkarya” dengan hadirnya Leo Arief Budiman Founder Disabilitas Berkarya, Mamuk Ismuntoro Editor Buku “Tutur Mata”, dan Novan Andrianto, S.I.Kom., M.I.Kom Communication Media Practitioner.
Leo Arief Budiman menyampaikan beberapa hal mengenai kisah dibentuknya Komunitas Seru Hore serta tantanggan yang dihadapi.
“Dibentuknya Komunitas Seru Hore ini sudah memasuki tahun kelima, dengan satu peminat yaitu Mukidi, kemudian Pina, Jacky, Omay, dan Kiking tertarik dengan fotografi. Tak disangka Kiking dan Septian, penghargaan unicef fotografer terbaik dan tim terbaik,” ulasnya.
Pembicara kedua, Mamuk Ismuntoro menjelaskan bahwasannya kesetaraan dapat muncul dalam bentuk apapun.
“Kita setara dalam hal apapun, dan semua orang punya kemampuan untuk melakukan kegiatan visual. Kesetaraan ini dimunculkan dalam bentuk buku Tutur Mata yang merupakan sebuah buku karya teman teman-istimewa ini. Kalau tidak dibukukan, karya mereka akan hilang,” ujarnya.
Selanjutnya, Novan Andrianto, S.I.Kom., M.I.Kom mengartikan buku “Tutur Mata” memiliki banyak pesan yang menceritakan tentang Surabaya dan Kedekatan Mereka.
“Banyak foto dalam buku Tutur Mata yg menjelaskan Human Interest yang bercerita bagaimana kebersamaan serta kedekatan mereka dengan teman di rumah sosial,” tukasnya. (Nabila)