Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Interview atau wawancara merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan informasi apapun dari seseorang (interviewer). Kebanyakan orang menganggap bahwa interview selalu berhubungan dengan perekrutan karyawan sebuah perusahaan. Tetapi tidak semuanya berkaitan dengan itu.
Seperti yang disampaikan oleh Dr. Niken Titi Pratitis, M.Si., Psikolog saat menjadi narasumber dalam acara Mini Workshop Open Hause Magister Psikologi Untag Surabaya, (20/12/19). Kegiatan yang terlaksana di meeting room Untag Surabaya itu bertemakan ‘’Interview Kognitif VS Behavioral Event Interview (BEI)’’.
Niken menyampaikan, ada 4 model interview berdasarkan tujuannya, yaitu the fact finder, teraphist, theorist, dan fortune teller. The fact finder atau si pencari fakta adalah model interview atau wawancara yang digunakan oleh penegak hukum untuk mencari informasi guna mendapatkan data autentik dan fakta kejadian yang ada. Teraphist dan theorist mempunyai karakteristik hampir sama, biasanya digunakan untuk wawancara seseorang yang berkaitan dengan karakter, keinginan atau cita – cita dari individual. Model interview teraphist dan theorist sering dipakai oleh akademisi.
‘’Sebagai psikolog, kita lebih tepat berada di posisi teraphist. Bukan the fact finder, theorist, apalagi fortune teller,’’ ucapnya di depan seluruh peserta.
Secara teori, anggota kompartemen 3 HIMPSI Pusat itu menjelaskan, Interview Kognitif dasarnya adalah pada ingatan masa lalu, yang berpotensi untuk menghadirkan proses berfikir dan menganalisa suatu masalah secara berbeda. Sedangkan untuk Behaviorist adalah external stimuli atau stimulus respons. Kognitif akan bicara tentang internal processis, sedangkan Behaviorist adalah menolak analisis individual. Jadi kognitif akan memikirkan terlebih dahulu dampaknya apabila menghadapi suatu masalah sedangkan behaviorist akan langsung merespon tanpa introspeksi dulu.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Interview Kognitif memanfaatkan sebuah ingatan sebagai teknik wawancara. Dalam diri manusia ada 3 jenis ingatan, yang pertama adalah ingatan inderawi, kedua, ingatan jangka pendek atau short term memory, dan terakhir ingatan jangka panjang (long term memory). ‘’Kognitif adalah memanfaatkan hal itu, yaitu memanggil kembali suatu ingatan terdahulu,’’ imbuhnya.
Sedangkan untuk Behavioral Event Interview (BEI), alumni S1 dan S2 Untag Surabaya itu menerangkan lebih dikenal sebagai teknik Interview yang terstruktur, terarah dan terpola berbasis behavior. Dimana perilaku masa lalu sebagai predictor mengenai perilaku yang akan dia kerjakan nantinya. Tujuannya setiap pertanyaan tersebut akan membantu pewawancara untuk mengungkap kemampuan yang dimiliki.