Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Aris Heri Andriawan, ST.,MT dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik Untag Surabaya bersama dengan timnya, yaitu Dr. Andik Matulessy, M.Si dan Ir. Herry Widhiarto, M.Sc, membuat alat deteksi banjir di Desa Wonodadi Wetan Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Kegiatan tersebut merupakan wujud pengabdian kepada masyarakat melalui program pemerintah, yaitu Ipteks Bagi Masyarakat (IbM).
Kedatangan musim hujan diwarnai peningkatan potensi bencana alam di sejumlah wilayah di Kabupaten Pacitan. Di Desa Wonodadi Wetan Kecamatan Ngadirojo misalnya, puluhan kepala keluarga di 4 dusun hidup di bawah ancaman banjir dan longsor. Ini karena wilayah tersebut berada diantara tebing curam dan aliran sungai. Dusun Bondalem, Dusun Katir, dan Dusun Ngobal yang berada di tepi Sungai Lorok cukup rawan erosi dan banjir. “ Jika curah hujan tinggi, permukaan air biasanya meluap hingga ke pemukiman serta merusak lahan pertanian,” kata Aris ketika ditemui di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Jum’at (24/6/3015).
Sedangkan Dusun Batang merupakan lokasi lain di Desa Wonodadi Wetan yang berpotensi longsor. Ini karena wilayah dihuni ratusan jiwa itu berada di bawah tebing curam yang dapat runtuh lantaran tidak mampu menahan debit air hujan. Kepala Desa Wonodadi Wetan Bakhtiar Andhi Harsono mengungkapkan, bencana alam yang terjadi hampir tiap tahun menyebabkan kerugian tidak sedikit. Digambarkan, besarnya luapan Sungai Lorok yang merupakan sungai terbesar kedua di Pacitan telah melenyapkan separuh lebih Dusun Bondalem. Bukan hanya kerugian materi, beberapa warga kehilangan nyawa akibat hanyut terbawa banjir yang terjadi sekitar tahun 70-an.
“ Jadi memang rawan erosi karena arus debit aliran air sungai sangat besar saat musim penghujan. Untuk daerah rawan longsor itu titik-titik dusun Batang, Dusun Bondalem, dan juga dusun Ngobal karena memang secara geografis kondisi tanahnya pengunungan dan sebagainya. Kalau rumah warga yang terkena erosi bukan ancaman lagi tapi karena memang wilayah kami hampir kehilangan setengah dusun,” Ucap Andhi.
Setelah hampir 44 tahun, belum ada upaya apapun untuk mengantisipasi terjadinya bahaya banjir dan longsor tersebut. Saat ini upaya yang dilakukan oleh pemerintah kecamatan dan pemerintahan desa setempat hanyalah menghimbau kepada mereka agar sementara pindah tempat dahulu bila banjir datang, disamping itu pemerintah daerah sesuai dengan tupoksinya membantu bahan makanan, perlindungan-perlindungan misalnya dapur umum dan sebagainya.
Wilayah-wilayah yang berpotensi terkena dampak banjir adalah Dusun Dusun Batang, Dusun Katir, Dusun Bondalem, dan Dusun Ngobal. Terutama lokasi-lokasi di areal bantaran sungai meliputi pemukiman penduduk, areal perkebunan rakyat dan persawahan.
Dari survey yang dilakukan oleh Aris dan timnya tercatat beberapa data yang termasuk dalam wilayah rawan bencana meliputi: jumlah rumah penduduk yang berada dalam wilayah rawan bencana sebanyak 67 kk atau 497 jiwa, areal sawah seluas 7 ha, areal kebun / tegalan seluas 32 ha dan jumlah kandang ternak yang berada di wilayah rawan bencana sebanyak 17 buah dengan jumlah sapi 45 ekor sapi dan 32 ekor kambing.
Berdasarkan hasil survey dan informasi tersebut, maka menurut Aris dan timnya, salah satu upaya untuk mengantisipasi terjadinya bencana banjir bandang adalah memasang alat deteksi banjir terhadap bahaya bencana, guna meminimalisasi jatuhnya korban serta menyadarkan masyarakat pentingnya pelestarian hutan.
“ Dari pemasangan alat ini kita berharap dapat membantu menciptakan ketentraman dan kenyamanan masyarakat Desa Wonodadi Wetan,” tutup Aris.