Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Gastroesophageal reflux disease atau lebih dikenal dengan Gerd seringkali disamakan dengan penyakit maag karena gejalanya sekilas mirip, yaitu nyeri dan asam lambung. Padahal, Gerd dan penyakit maag memiliki perbedaan, mulai dari kondisi hingga gejala yang dialami penderitanya.
Salah satu dokter di RS Pondok Indah Jakarta, Dr. Hasan Maulahela, SpPD-KGEH, menjelaskan perbedaan antara kedua penyakit tersebut.
"Secara umum Gerd adalah penyakit yang diakibatkan refluks asam lambung di kerongkongan. Sedangkan, sakit maag itu adalah kondisi peradangan yang terjadi di bagian lambung," kata Hasan dalam program talkshow "Perbedaan Gerd dan maag" yang ditayangkan live di akun Facebook Kompas.com pada Kamis (11/2/2021).
Gejala khas Gerd secara umum yakni munculnya rasa panas di dada atau kita kenal dengan sebutan heartburn, serta rasa ingin muntah atau makanan berbalik. Gejala lain yang tidak spesifik adalah sesak napas mirip asma, batuk kronis, perubahan suara, hingga radang tenggorokan. Sedangkan untuk penyakit maag, gejala yang paling utama adalah rasa nyeri di ulu hati dan kiri atas.
Penyebab Gerd tak lain karena efek perubahan gaya hidup yang serba cepat dan praktis, dan pola makan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, berkontribusi pada peningkatan kasus Gerd.
Gerd juga dipicu oleh pola makan yang berlebihan, konsumsi makanan yang mengandung lemak, kebiasaan merokok, meminum kopi, stress secara psikologis dan obesitas.
"Makan makanan yang langsung banyak porsinya, bisa memicu Gerd. Pencetus lain dari Gerd adalah minuman berkafein seperti kopi, dan stres psikologis karena pekerjaan," kata Hasan.
Umumnya penyakit Gerd tidak berakibat fatal. Namun pada pasien yang memiliki penyakit jantung, Gerd harus diwaspadai karena dapat memicu detak jantung yang terlalu cepat jika terjadi terus menerus, kata Hasan.
Dalam beberapa kasus seperti penurunan berat badan, sering kambuh, mual atau muntah, gerd diperlukan tindakan endoskopi atau pemeriksaan rongga tubuh guna mengetahui kondisi pasien.
Dengan melakukan endoskopi, dokter akan bisa melihat apakah ada peradangan, luka, atau hal lain pada pasien.
"Ada kasus Gerd berat yang menyebabkan iritasi di kerongkongan bisa berpotensi menjadi kanker kerongkongan atau kanker esofagus. Kondisi tersebut bisa ditentukan dari endoskopi," imbuhnya.
Disebutkan Hasan, pasien dengan penyakit GERD bisa disembuhkan. Namun untuk pengobatan, harus mengikuti petunjuk dokter.
Sumber : Lifestyle.Kompas
Jurnalis