Empat Pilar Penting Agama Hindu

  • 22 November 2019
  • YRS
  • 2149

 

Dalam agama Hindu terdapat 4 pilar penting dalam kehidupan yang saling berkaitan, di antaranya : dharma (tindakan tepat), artha (keamanan social), kama (kenyamanan dasar) dan moksha (kebebasan). Dalam bermasyarakat itulah kebutuhan dasar dan lazim dari semua manusia.

Purusharta berasal dari bahasa Sansekerta, yang sebenarnya terdiri dari dua kata, purusha dan artha. Purusha biasanya diterjemahkan sebagai pria, tapi makna ini dapat diperluas mencakup wanita juga. Jadi Purusha adalah keduanya, laki-laki dan perempuan. Sedangkan Artha dapat berarti kekayaan atau makna. Ini merupakan sesuatu yang memberi arti bagi hidup. Jadi keempat Purushartha semuanya memberi makna pada kehidupan.

Supaya dapat memenuhi kebutuhan tersebut, menurut agama Hindu leluhur telah menasehati untuk memulainya dengan dharma. Seseorang harus memperoleh kemampuan yang dibutuhkan dan keahlian untuk menjalankan bidang tindakan yang telah dipilih. ‘’Dahulukan yang penting,’’ begitulah nasehat yang dipopulerkan Stephen Covey. Pertama, seseorang harus mendapatkan dharma. Tanpa kebijaksanaan untuk memilah apa yang tepat dan apa yang tak tepat, maka tidak dapat berhasil dalam hidup.

Kebijaksanaan merupakan buah dari pembelajaran. Seseorang belajar dari buku, belajar dari mengamati orang lain dan pengalaman hidup mereka, dan juga dari pengalaman sendiri. Dalam beberapa tahun pertama, belajar untuk mengamati orang lain. Ketika seumuran anak-anak belum dapat membaca, menulis, tapi dapat mengamati. Hal tersebut akan perlahan dikuasai, karena kemampuan dalam mengamati sesuatu.

Purushaartha seperti yang diwariskan leluhur bukan untuk para budak. Selain perbudakan, mereka tidak memiliki pilihan lain dalam hidup. Perbudakan merupakan satu-satunya makna dalam hidup mereka sehingga tidak dapat meraih dharma, artha, kama dan moksa. Mereka tak bebas melakukan apapun, perbudakan begitu lama sehingga mereka tidak lagi merasa berharga, atau bahkan memahami, arti kebebasan dan kemerdekaan.

Sayangnya, perbudakan bukan tradisi yang usang dan mati. Pada zaman Musa perbudakan tumbuh subur. Sekarang kita memiliki pemerintahan, di mana pemerintah tidak lagi kejam seperti zaman perbudakan, namun ekonomi, sosial, dan institusi yang sejenis lainnya menjadi penguasa baru. Mereka dapat mengontrol pemerintah dari balik layar sehingga tetap terlihat.

Menggapai keempat purushaartha bertujuan untuk mematahkan rantai perbudakan tersebut, dan membebaskan pikiran. Tapi jika seseorang terlalu lama dipebudak bahkan bisa sama sekali tidak memahami arti kebebasan. Seseorang mungkin akan menikmati perbudakan dan merasa nyaman. Oleh sebab itu seorang Musa, seorang Buddha atau seorang Krishna, seorang Washington atau seorang Gandhi memang dibutuhkan untuk menunjukan jalan keluar dari perbudakan. Mereka dapat merangkul keempat Purushartha dan menghayati kehidupan dengan cara masing-masing.

Sumber : http://www.hindu-dharma.org/2009/08/menemukan-makna-hidup/


 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Y. RAKA S.

Reporter