Gejala Non Klinis Pada Pengguna Media Sosial Instagram Berdampak Ketidak Stabilan Mental

  • 28 Maret 2019
  • REDAKSI
  • 6031

Lisa Purnamasari, mahasiswi strata – 1 Fakultas Psikologi Untag Surabaya, meneliti ketidakpuasan diri remaja putri pada media sosial. Penelitian berjudul ‘’Hubungan antara Self Esteem dan Social Comparison dengan Body Dissatisfication pada Remaja Putri Pengguna Media Sosial Instagram di Surabaya’’ mengantarkan meraih gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) Untag Surabaya.

Mahasiswa yang diwisuda pada semester ganjil tahun akademik 2018/2019, Sabtu lalu (09/03) mendapatkan predikat IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) terbaik serta Skripsi termenarik Stara – 1 Fakultas Psikologi Untag Surabaya.

Saat ditemui tim warta17agustus, (20/03), Lisa menjelaskan tentang penelitiannya. Dia mengatakan bahwa hadirnya media sosial seperti instagram akan membawa dampak bagi para remaja saat ini. Beberapa akun Instagram yang menampilkan sosok cantik dan tubuh ideal dapat menimbulkan persepsi dan konsep mengenai tubuh ideal yang didambakan oleh remaja putri. Ketika keinginan dan fakta tidak seimbang maka akan berujung pada ketidakpuasan diri, inilah yang dikenal dengan body dissatisfication.

‘’Body Dissatisfication adalah gejala gangguan non – klinis. Sayangnya masyarakat kurang peduli dengan keadaan seperti ini. Padahal jika tidak ditangani akan menyebabkan gangguan klinis, seperti tidak stabil mental atau bahkan sampai depresi,’’ ujar Lisa.

Lebih lanjut, mahasiswa asal Surabaya itu mengatakan, penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 120 orang remaja putri berusia 15 18 tahun di Kota Surabaya. Hasilnya terdapat hubungan positif antara self esteem dan social comparison dengan body dissatisfication. Artinya tingginya ketidakpuasan diri dipengaruhi oleh penghargaan diri yang rendah dan perbandingan sosial yang semakin tinggi.

‘’Sebenarnya ide penelitian ini berawal dari cerita adik saya, bahwa temannya kurang puas dengan kondisi fisiknya sendiri. Dia cenderung membandingkan kondisi dirinya dengan publik figur yang ada di media social, khususnya instagram. Tak jarang pula dia menjadikan publik figur itu sebagai acuan,’’ tuturnya.

Menurut Lisa, remaja putri yang menghargai dirinya sendiri dan menerima kekurangannya akan lebih percaya diri dan jarang membandingkan dirinya dengan orang lain. Untuk meningkatkan self esteem, remaja putri harus bisa menerima dirinya sendiri, sehingga memposisikan diri dengan baik di lingkungan. Adapun untuk mengurangi social comparison, maka remaja putri diharapkan dapat melakukan penilaian yang baik terhadap dirinya sendiri dan fokus pada diri sendiri tanpa perlu membandingkan dirinya dengan orang lain.

‘’Salah satu hal positif yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan self talk yang positif. Self talk berarti mengatur dan berdialog dengan diri sendiri ketika menghadapi berbagai situasi, seperti mengambil keputusan atau melakukan pekerjaan. Sehingga individu akan lebih memahami diri sendiri, berpikir positif tentang diri sendiri dan bisa melakukan evaluasi pada diri sendiri,’’ paparnya pada tim warta17. (um)

Reporter : MKM

Editor     : LA_unda


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

REDAKSI