Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Subjective Well-Being Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Werdha

  • 16 Februari 2017
  • latifah
  • 6125

Mahasiswa Fakultas Psikologi Strata 1 UNTAG Surabaya, Fahrizal Idham Priadana mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Subjective Well-being pada Lansia yang Tinggal di Panti Werdha “Hargodedali” Surabaya di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Hargodedali Surabaya. Penelitian  Fahrizal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Penerimaan Diri dengan Subjective Well-being.

Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia serta berkembangnya zaman, tidak sedikit lansia yang bertempat tinggal di panti werdha dengan alasan-alasan tertentu. Saat ini bahwa kemungkinan hampir seperempat lansia atau 23% dari jumlah lansia tidak tinggal di rumah sendiri, tetapi tinggal di institusi atas tempat pelayanan kesehatan.

" Banyak sebab mengapa lansia ditempatkan di panti, salah satunya berasal dari faktor keluarga. Hal tersebut dikarenakan tidak sedikit yang menganggap bahwa lansia merupakan suatu hambatan bagi keluarga. Para lansia dianggap seperti anggota keluarga yang merepotkan dan membawa kesulitan tersendiri bagi keluarga. Bahkan selain itu, juga bahwa masih terdapat berbagai macam alasan lain yang mendasari lansia untuk masuk ke dalam panti werdha, misalnya atas anjuran dari keluarga lain, teman, lingkungan sosial atau bahkan atas dasar keinginannya sendiri. Sedangkan yang tinggal di panti werdha atas dasar keinginannya sendiri biasanya didorong oleh keinginan untuk memperoleh dukungan sosial maupun perhatian yang lebih karena para lansia kurang mendapatkannya di dalam keluarga maupun lingkungan terdekat. " ucap Fahrizal Idham Priadana.

Dia melanjutkan, " Sama seperti setiap periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, lanjut usia tentunya juga memiliki beberapa perubahan yang akan dialami. Perubahan tersebut baik secara fisik, mental, maupun sosial. Hal tersebut tentunya juga sama dialami oleh lansia yang tinggal di panti werdha. Kondisi fisik lansia pada umumnya mulai mengalami beberapa perubahan, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Perubahan yang terjadi dari segi kondisi mental antara lain seperti timbulnya rasa kesepian, keterasingan dari lingkungan, ketidakberdayaan, ketergantungan, kurang percaya diri, keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin serta kurangnya dukungan dari anggota keluarga. "

Perubahan-perubahan tersebut akan berdampak pada Subjective Well-being yang dimiliki lansia yang tinggal di panti. Para lansia itu akan cenderung memiliki Subjective Well-being yang kurang baik karena lansia yang tinggal di panti ternyata lebih negatif atau lebih buruk dibandingkan lansia yang tinggal dengan keluarga, karena banyak lansia yang tetap merasa kesepian meskipun banyak lansia atau penghuni panti di sekeliling mereka. Bahkan lansia yang tinggal di panti akan cenderung merasa terkekang, kurang bebas menentukan pilihan dalam hidupnya, dan para lansia merasa tidak dapat bertindak sesuai nilai-nilai yang diyakininya.

" Banyaknya perubahan-perubahan tersebut tentunya akan menjadi suatu masalah yang dapat menyebabkan lansia merasa tidak betah untuk tinggal di dalam panti werdha atau bahkan dapat menyebabkan lansia mengalami depresi " Kata mahasiswa yang biasa dipanggil Idham.

Idham menambahkan berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan analisis data melalui teknik kolerasi  Spearman’s Rho, maka ada hubungan positif yang  sangat signifikan antara Penerimaan Diri dengan Subjective Well-being sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan dapat diterima.

" Dari hal tersebut sehingga saya memberikan saran pada Lansia dan keluarga. Pertama, bagi lansia yang tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Hargodedali Surabaya untuk terus berupaya meningkatkan penerimaan  diri yang dimiliki, dengan cara lebih memiliki pandangan yang positif tentang dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk yang ada pada dirinya, serta memandang positif kehidupan yang telah dijalaninya. Hal tersebut dilakukan agar para lansia yang tinggal di Panti  tersebut memiliki Subjective Well-being yang tinggi sehingga kualitas hidupnya mengagumkan. Dan bagi keluarga, masyarakat dan petugas Panti Bagi keluarga dan lingkungan masyarakat diharapkan dengan adanya  penelitian ini atau penelitian serupa lebih dapat memperhatikan kehadiran lansia di dalam lingkup keluarga, memberikan pelayanan kesehatan yang mencukupi, dan tidak menganggapnya sebagai suatu hambatan agar mencapai kesejahteraan subjektif (Subjective Wel-being) para lansia di hari tua. "

Bagi pengelola panti, diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada para Lansia dengan lebih baik lagi. Hal tersebut dapat ditingkatkan dengan memberikan aktifitas-aktifitas yang bermanfaat bagi para lansia seperti kegiatan spiritual, kerajinan tangan, senam pagi, serta peningkatan jaringan sosial antara lain dengan meningkatkan komunikasi/kontak para penghuni dengan keluarga atau kerabat, adanya kunjungan-kunjungan dari luar keluarga

" Semoga dari penelitian saya ini bisa membantu para lansia yang tinggal di panti werdha untuk dapat memahami masalah Subjective Well-being. Selain itu, juga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para petugas panti dan masyarakat dalam menciptakan kondisi sosial maupun aktifitas-aktifitas sosial yang menyenangkan bagi para lansia.  " tutup idham pada warta17agustus.com


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

N. S. Latifah

Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme