Implementasi Kebijakan Peningkatan Mutu Sekolah Tinggi dan Akademi Bidang Kesehatan Melalui SPMI

  • 19 September 2017
  • 6377

Dra. Wiwik Suryandartiwi Anggarawati.,MM Ketua Yayasan Pendidikan Guna Bangsa Yogyakarta berhasil meraih gelar Doktor (S3) Ilmu Administrasi, FISIP UNTAG Surabaya dengan judul disertasi “Implementasi Kebijakan Peningkatan Mutu Sekolah Tinggi dan Akademi Bidang Kesehatan Melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” pada Senin, 18 September 2017 di Merting room 1 gedung Graha Wiyata, UNTAG Surabaya.

Dra.Wiwik Suryandartiwi Anggarawati.,MM mengatakan SDM tenaga kesehatan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, dibutuhkan adanya pendidikan kesehatan yang bermutu dalam mendapatkan SDM yang berkualitas. Sekolah tinggi dan akademi bidang kesehatan dituntut  untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu dengan menerapkan kebijakan sistem penjaminan mutu internal. “ Sedangkan tujuan penelitian kami untuk mengetahui dan menganalisis implementasi kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), mengetahui dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat kebijakan SPMI serta menemukan model kebijakan SPMI yang sesuai untuk sekolah tinggi dan akademi bidang kesehatan di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),jelas Dra.Wiwik  .

Berdasarkan hasil penelitian Dra.Wiwik Suryandartiwi Anggarawati.,MM, menunjukkan bahwa (1) masing-masing sekolah tinggi dan akademi bidang kesehatan di provinsi DIY  menunjukkan banyak perbedaan dalam menerapkan kebijakan SPMI, namun sebagian besar menunjukkan bahwa SPMI diterapkan sesuai dengan peraturan yang ada, hanya saja masih terdapat kekurangan pada kelengkapan dokumen mutu serta masih ada yang mengacu pada peraturan lama. Dari segi SDM dapat dilihat bahwa sebagian besar telah berkomitmen dan kooperatif dalam menjalankan kebijakan SPMI serta mampu menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik untuk mewujudkan tujuan dalam kebijakan SPMI. (2) Faktor pendukung diantaranya adalah adanya komitmen dan komunikasi yang baik antar pelaksana kebijakan, sedangkan faktor penghambat adalah budaya mutu yang kurang diterapkan dengan baik, beban kerja yang tinggi dan masih adanya dokumen mutu yang belum lengkap.

Adapun model kebijakan SPMI yang sesuai untuk sekolah tinggi dan akademi bidang kesehatan di provinsi DIY dengan melakukan penerapan nyata melalui Controlling Integrated Education System (CIES) yang mengutamakan perbaikan sistem yang belum berjalan dengan baik melalui kontrol yang terintegrasi dengan melibatkan semua stakeholder dan SDM untuk memiliki komitmen yang kuat serta sikap kooperatif dalam menjalankan SPMI yang lebih baik.

Ketua Yayasan Pendidikan Guna Bangsa Yogyakarta tersebut juga merekomendasikan diharapkan agar dapat memastikan bahwa dokumen mutu yang belum  lengkap pada Sekolah tinggi dan akademi bidang kesehatan di provinis DIY agar segera dilengkapi dan benar-benar dijalankan oleh semua unsur dalam pengelolaan perguruan tinggi bidang kesehatan. Sebaikanya di setiap perguruan tinggi mempunyai dosen atau staff yang sudah mengikuti pelatihan sebagai auditor mutu internal sehingga mampu melakukan monitoring pada setiap proses pelaksanaan kebijakan SPMI serta melakukan pembinaan terus-menerus dalam membangun budaya mutu. Dengan dirumuskan model CIES sebagai model SPMI untuk perguruan tinggi bidang kesehatan diharapkan dapat mempermudah  perguruan tinggi bidang kesehatan di provinsi DIY dengan demikian secara internal terjamin kualitasnya dan secara external hasil akreditasi akan lebih baik.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id