Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Untag Surabaya angkatan 2014 membuat alat penakar curah hujan praktis dan sederhana. Alat penakar curah hujan tersebut memanfaatkan botol air mineral dan bisa diketahui hasilnya setelah 14 hari.
Sebuah teori tanpa praktek adalah sebuah kemandulan. Suatu hal yang ingin dicapai hanya akan menggantung di udara dan tak pernah tercapai tanpa usaha melalui praktek. Oleh sebab itu Budi Witjaksana, ST.,MT, selaku dosen mata kuliah Hidrologi membimbing mahasiswanya untuk bisa mengaplikasikan teori yang sudah didapat dalam kelas. “ Dari materi kuliah yang sudah tersampaikan di kelas saya berusaha memberikan variasi, tidak hanya membahas rumus, tetapi juga praktek agar mahasiswa tidak stress,”
Lanjut dia, alat penakar curah hujan yang dibuat oleh mahasiswa semester 2 tersebut masih praktis dan sederhana yang mampu mengetahui karakteristik, jumlah, memprediksikan volume curah hujan pada area tertentu. “Selama 7 hari ini di Sukolilo curah hujan cukup tinggi, itu bisa diketahui dari ketinggian air yang mencapai 10 cm,” kata Budi.
“ Alat penakar curah hujan ini tabungnya terbuat dari botol air mineral, corong sebagai pintu masuk curah hujan, dan diberi penggaris agar bisa tahu ketinggian air yang tertampung. Data kita catat dan diamati selama 14 hari,” kata Budi.
Budi menambahkan bahwa alat yang dibuat mahasiswanya merupakan prototipe sederhana, kevalidannya atau keakuratannya masih kurang tinggi. “ Dengan ide ini kita akan berusaha mengembangkan alat penakar hujan karya mahasiswa Teknik Sipil, sehingga diharapkan memberikan kontribusi, baik di sisi praktis maupun akademis,”
Tahun 2015 ini mahasiswa teknik sipil beramai-ramai mengajukan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Dikti. “ Saat ini sudah terkumpul 10 kelompok dengan variasi penelitiannya,” papar Budi.