Mahasiswa UNTAG Surabaya Berhasil Mengembangkan Prototipe Mobil Listrik Ramah Lingkungan

  • 02 Mei 2016
  • 5955

Sebanyak 14 mahasiswa UNTAG Surabaya berhasil mengembangkan prototipe mobil listrik ramah lingkungan. Karya mahasiswa Teknik Mesin ini diberi nama ‘Kunthing Sakti’ yang merupakan salah satu tokoh pewayangan.

Ketua tim pembuatan Kunthing Sakti, Aan Sugeng Irianto kepada warta17agustus.com mengatakan, dalam pembuatan prototipe mobil listrik tersebut membutuhkan waktu empat bulan sejak Desember 2015 dimulai dari merancang hingga hasilnya bisa difungsikan dengan baik.

“Tahapannya dimulai dari perencanaan, penentuan spesifikasi, sampai perancangan desain. Tahap berikutnya masih ada fabrikasi, assembling sistem mekanik dan elektronik hingga finishing sistem, dan modul,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Aan itu. 

Meskipun baru berbentuk prototype, lanjut Aan, timnya akan terus tetap berusaha menjaga kenyamanan bagi pengemudi. Oleh sebab itu, desain mobil dibuat dengan gaya city car berkapasitas dua orang. Secara spesifik, mobil itu bisa digunakan untuk melaju hingga 40 Km per jam dengan kapasitas 850 watt – 60 volt, dan batray bisa bertahan hingga tiga jam untuk melaju.

“Seratus persen bodi mobil kita buat sendiri menggunakan plat galvanis dan acrilic. Sedangkan untuk spare part seperti mesin, roda dan lampu masih mengandalkan pabrikan,” tambah Aan.

Aan menjelaskan, jika ingin mobil bisa bertahan lebih lama, maka batray bisa diganti dengan yang berkapasitas hingga 3 ribu watt. “Kita pasang lima batray portable yang mudah dilepas untuk diisi ulang. Jadi, mobilnya tidak perlu dibawa kemana-mana kalau mau isi ulang,” ucapnya.

Sementara itu, dosen pembimbing pembuatan Kunthing Sakti, Sugeng Priandoko pada kesempatan yang sama menambahkan, karya mahasiswanya dibuat dengan biaya seminimal mungkin. Adapun total anggaran yang dihabiskan adalah sekitar Rp 50 juta. “Itu sudah murah, karena produksi mobil listrik sebenarnya butuh biaya cukup mahal,” kata dia.

Menurut Sugeng, biaya yang mahal itu utamanya karena mesin mobil masih harus impor. Sehingga demi efisiensi, beberapa spare part harus diakali agar lebih hemat. Misalnya untuk transmisi di pilih rantai dari pada menggunakan gir. Selain murah, rantai juga mudah diganti jika ada kerusakan dan lebih ringan tanpa gir.

“Mobil ini kecil, lincah dan kuat, tapi tetap nyaman. Meskipun prototype, kita tidak membuat seperti gokart yang pengemudinya harus selonjoran,” pungkasnya.

 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id