Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Masyarakat nelayan di Indonesia masih membutuhkan perhatian serius untuk memperdayakan mereka. Pernyataan ini disampaikan oleh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNTAG Surabaya, Dr. Sukarno Hardjosoewito. MS kepada warta17agustus.com, Jum’at (2/9/2016.
Dr. Sukarno mengatakan, total panjang garis pantai Indonesia adalah 81 ribu km, yang setara dengan 14 persen dari total garis pantai bumi. Total luas perairan pedalaman adalah 0,55 juta km persegi, sedangkan luas laut 5,8 juta km persegi. Potensi maksimum perikanan laut Indonesia berada di 6,7-7,7 juta metrik ton, sedangkan untuk perikanan darat sebesar 3,6 juta metrik ton, dan dan hanya 30 persen yang dimanfaatkan.
“Kondisi pesisir Indonesia yang padat penduduknya, tingkat kesejahteraannya masih rendah, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Padahal, potensi sumber daya pesisir cukup tinggi. Pengetahuan masyarakat nelayan tentang teknologi modern dan ramah lingkungan kurang dan upaya kreatif yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan juga rendah,” ungkap Kepala Pusat Pengabdian LPPM UNTAG Surabaya itu.
Lebih lanjut Dr. Sukarno menjelaskan, masyarakat nelayan di Indonesia masih membutuhkan perhatian serius untuk memperdayakan mereka, yang tidak hanya dipengaruhi oleh perilaku alam saja, tetapi juga dipengaruhi manusia yang memiliki akses dan kepentingan yang terkait erat dengan daerah. Seperti daerah pesisir di Kabupaten Sedati, Sidoarjo, dimana masyarakat nelayan secara ekonomi tidak mampu meningkatkan pendapatan. Sementara itu, laut menyediakan potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan.
“Pantai Sedati merupakan bagian pesisir dari Kabupaten Sidoarjo, dan perbatasan antara wilayah Sidoarjo dengan Selat Madura. Masyarakat di daerah pesisir masih sangat miskin secara ekonomi,” katanya.
Kondisi nelayan di daerah sangat buruk, contoh Desa Pucukan, Sedati yang memiliki 150 penduduk. Rumah mereka tidak dilengkapi dengan kamar mandi, menggunakan air sungai keruh untuk mandi dan mencuci. Sedangkan Puskesmas di kabupaten jarang dikunjungi dokter, untuk pergi ke Desa Pucukan harus menggunakan perahu. Kondisi buruk lainnya adalah membangun sekolah dasar dan sekolah pra menjadi satu.
“Nelayan tradisional mengeksploitasi sumber daya perikanan dengan peralatan tradisional, modal usaha kecil, dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana. Selain itu, ada ketergantungan nelayan miskin ke pengepul (pemilik modal),” ujar Dr. Sukarno.
Dengan permasalahan yang dihadapi para nelayan tersebut, Dr. Sukarno memberikan solusi agar terjalin sinergi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi swasta, lembaga pendidikan atau lembaga profesional, dan lembaga swadaya masyarakat.
“Pemerintah pusat membuat kebijakan, pemerintah daerah melakukan pelayanan publik, lembaga-lembaga swasta tanggung jawab sosial, lembaga pendidikan melakukan pelayanan masyarakat, dan organisasi non -pemerintah memberikan dukungan moral,” pungkasnya.
Penelitian Dr. Sukarno tentang ‘Community Fishermen Sedati Sidoarjo Governance Through Integrated’ telah dipresentasikan di International Conference on Public Organization (ICONPO VI) pada tanggal 10-11 Agustus 2016 di Thammasat University (Tha Prachan Campus), Bangkok, Thailand. Dalam penelitiannya tersebut, Dr. Sukarno dibantu oleh Dr. Achmad Syafi'i, M.Si dan Prof. Dr. Burhan Bungin, M.Si.,Ph.D.