- Profil
- Struktural
Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Penggunaan layanan pay later atau cicilan pembelian semakin meluas, tidak hanya di perusahaan fintech, tetapi juga di bank skala menengah dan besar. Fitur ini baru saja diperkenalkan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Mandiri (persero) Tbk pada akhir tahun 2023, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga dijadwalkan akan mengikuti dalam waktu dekat.
Dr. Gustaf Naufan Febrianto, A.Md., SE., M.M., Dosen Manajemen Untag Surabaya menyatakan bahwa persaingan fitur pay later dalam m-banking memiliki potensi untuk meningkatkan inklusivitas ekonomi negara. Layanan ini mempermudah pengguna dengan fasilitas limit kredit tanpa perlu kartu kredit atau jaminan.
Meskipun pay later memudahkan, literasi keuangan penting agar nasabah memahami dampak dan tanggung jawab finansialnya.
“Penting untuk menyiapkan dana darurat sebelum menggunakan layanan ini. Selain itu disarankan bagi pengguna memiliki 'uang dingin' untuk investasi jangka panjang dan sungguh-sungguh mempertimbangkan kemampuan pembayaran agar tidak terjerumus dalam risiko keterlambatan pembayaran,” tegas Dr. Gustaf (15/1).
Dr. Gustaf juga memberikan peringatan tentang risiko utama, yaitu risiko kehilangan kredibilitas dan budaya konsumtif.
“Pengguna bertanggung jawab dalam penggunaan layanan pay later karena keterlambatan pembayaran dapat berdampak pada kemampuan pengajuan kredit di masa depan,” paparnya.
Meskipun demikian, Dr. Gustaf melihat layanan pay later dapat menjadi dorongan bagi investasi dalam industri keuangan.
“Lonjakan aktivitas belanja ini membuka potensi investasi dari perusahaan lokal maupun asing di Indonesia. Investasi dalam teknologi dan sektor keuangan dapat berperan dalam mendukung makroekonomi. Meskipun potensi positif terbuka, kita perlu waspada dalam mengatasi risiko dan meningkatkan antarmuka serta pengalaman pengguna untuk mendukung inklusivitas perekonomian negara,” pungkasnya. (Nabila)
