Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) menghimbau supaya Perguruan Tinggi dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), terutama ISEI Semarang untuk mulai berfokus meningkatkan pendapatan Usaha Mikro, Kecil dan, Menengah (UMKM) melalui penerapan teknologi. Menristekdikti hadir dalam Rapat Pleno Pertanggungjawaban Kepengurusan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Periode 2016 – 2019 di Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang, Senin (22/7).
Mohamad Nasir, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mengatakan bahwa perekonomian Indonesia yang berbasis ekonomi saat ini harus menunjukkan perubahan positif untuk kedepannya dengan memaksimalkan penggunaan teknologi yang semakin berkembang saat ini.
‘’Pertumbuhan ekonomi yang ada di kita itu basisnya ekonomi kerakyatan. Ekonomi rakyat harus baik, maka UMKM harus digerakkan. Apa yang harus dilakukan sekarang dengan teknologi yang begitu cepat untuk mendorong UMKM ?’’ ungkap Nasir yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Semarang tersebut.
ISEI Semarang saat ini menampung keanggotaan yang berasal dari lulusan program studi terkait Ekonomi dan Bisnis seluruh kota di Jawa Tengah, selain Salatiga dan Purwokerto yang memiliki ISEI sendiri. Nasir menambahkan sebaiknya tidak hanya mengajarkan dan mengarahkan tata cara mengembangkan sebuah inovasi saja, tapi juga harus mengkolaborasikan antara inovasi dari Perguruan Tinggi dengan masyarakat kecil.
‘’ISEI berkontribusi bagaimana memberikan nilai tambah terhadap satu produk yang dijual. Jangan hanya kita memberikan pelatihan tentang tata cara, tapi bagaimana menggandengkan inovasi-inovasi perguruan tinggi dengan masyarakat kecil,’’ ungkap Nasir.
Bisnis makanan dan minuman saat ini menjadi salah satu sektor UMKM yang paling banyak diminati, namun masih sedikit teknologi yang diterapkan untuk memastikan produk UMKM tersebut higienis dan tahan lama. Nasir berharap masyarakat mampu mengembangkan dan menerapkan ide-ide inovatif dalam hal ini produksi makanan dan minuman dapat bertahan lama tanpa bahan pengawet.
‘’Pernahkah kami membayangkan masakan yang terkenal, misalnya seperti sayur lodeh yang bisa bertahan lama. Kalau saya makan sayur yang sekarang, kemungkinan hanya tahan empat sampai lima jam saja sudah basi. Bisakah kita mencari teknologi tersebut supaya perekonomian rakyat meningkat, sehingga makanan bisa tahan satu atau dua bulan,’’ harap Nasir.
Teknologi pengemasan yang higienis ini masih jarang diterapkan di kalangan UMKM, padahal apabila diterapkan, tentunya akan ada nilai tambah dan pemasukan UMKM dapat ditingkatkan. Selama lima tahun terakhir penerapan teknologi pengemasan untuk memastikan bahwa makanan tidak mengandung mikroba yang menyebabkan pembusukkan telah dilakukan oleh Kemenristekdikti.
‘’Di Kebumen saya membina industri kecil, Sate Ambal. Sate tersebut hanya diproduksi satu hari, dan kapasitas produksinya 40 sampai 50 ekor ayam. Tapi karena masakannya enak, bagaimana kalau kita bantu sistem pengemasan dan teknologinya. Akhirnya sate ambal mampu bertahan selama enam bulan tanpa bahan pengawet. Enam bulan ini ternyata memberi nilai tambah. Sekarang rumah pemiliknya bagus, punya mobil. Bagaimana pun ekonomi kerakyatan harus kita dorong,’’ tutup Nasir pada pertemuan tersebut.
Reporter : YRS
Editor : LA_Unda