Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Faisal Ardhiansa dan Rizki Zakariya R mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAG Surabaya membuat Rancang Bangun Alat Monitoring Sistem Keamanan Rumah Jarak Jauh. Mahasiswa yang akan mengikuti wisuda pada tanggal 29 Agustus 2015 ini dibimbing oleh Aris Heri Andriawan, ST.,MT.
Dewasa ini umumnya aktifitas orang-orang yang tinggal di perkotaan besar begitu banyak dan padat sehingga menjadikannya jarang berada di rumah. Tindak kejahatan yang terjadi pada lingkungan rumah akhir-akhir ini semakin sering terjadi, angka kriminalitas pun semakin meningkat. “ Kita mengetahui bahwa di perkotaan besar rawan sekali terjadi tindakan kejahatan termasuk perampokan ataupun pencurian,” kata Faisal saat dikonfirmasi warta17agustus, Jum’at (21/8).
Para pencuri, lanjut dia, biasanya menarget rumah-rumah kosong atau yang ditinggal oleh penghuninya dan biasanya dengan mencongkel atau merusak pintu. Jadi, untuk menghindari hal tersebut biasanya pemilik rumah memberikan pengamanan terhadap rumah dengan memberi pengaman kunci konvensional berupa kunci gembok, kunci rantai, dan sebagainya. “ Namun, ada juga sebagian rumah-rumah besar yang memakai jasa keamanan yaitu satpam atau hansip sehingga harus membayar lebih untuk menggaji mereka,” imbuhnya.
Dari hasil pengujian dan pengukuran perangkat keamanan dan sistem cadangan listrik (backup) yang Faisal Ardhiansa dan Rizki Zakariya R adalah (1) Sensor PIR (Passive Infrared Receiver) yang digunakan dalam perangkat keamanan tersebut hanya mampu mendeteksi adanya pergerakan manusia yang berkisar antara 1-3 meter dengan tegangan keluaran rata-rata 3,29 V, (2) Respon waktu yang diperlukan driver relay dalam mengeksekusi instruksi dari mikrokontroller berkisar rata-rata 3-4 detik, (3) Respon waktu yang diperlukan modem wavecom dalam mengeksekusi perintah yang berupa informasi dari mikrokontroller berkisar rata-rata 4-5 detik, dan (4) Kapasitas baterai yang digunakan dalam sistem cadangan listrik tersebut mampu mencukupi beban terencana selama 15 jam dalam keadaan awal kondisi baterai terisi penuh dan pembebanan maksimal.
“ Dalam proses charger baterai dengan menggunakan adaptor (rectifier) tegangan keluaran 19,2 V dan arus keluaran 3,5A, proses charger sesuai dengan perhitungan hingga mencapai kapasitas baterai mencapai 100% adalah sekitar 15 jam,” jelas Faisal.
Faisal berharap alat yang mereka buat dapat dijadikan tolak ukur daya serap mahasiswa dan mampu menerapkan ilmunya secara praktis pada bidang-bidang yang sesuai dengan program studi yang dipelajari. Selanjutya dapat dipakai sumber informasi dan referensi untuk pengembangan selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. “ selain itu, sebagai salah satu alat monitoring sistem keamanan rumah jarak jauh yang akan digunakan masyarakat,” tutup Faisal.