Writing Therapy Efektif Menurunkan Tingkat Depresi Individu Saat Terjadi Konflik Ambon

  • 02 September 2016
  • 5916

Vebry Elizabet Wattimena mahasiswa Program Studi Magister Psikologi Profesi UNTAG Surabaya meneliti tentang ‘Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Individu yang Kehilangan Orangtua Saat Terjadi Konflik Ambon Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin’. Vebry tertarik melakukan penelitian tersebut, karena menurut teori sebelumnya expressive writing therapy sangat efektif menurunkan tingkat depresi individu.

Kepada warta17agustus.com mahasiswa asal Ambon tersebut mengatakan, penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pengaruh expressive writing therapy terhadap penurunan tingkat depresi individu yang kehilangan orangtua saat terjadi konflik Ambon dan perbedaan pengaruh expressive writing therapy terhadap penurunan tingkat depresi laki-laki dan perempuan.

“Konflik Ambon berjalan begitu lama dan panjang. Subjek diminta untuk menulis pengalaman-pengalaman trauma, dan yang senang, dicurahkan dalam bentuk tulisan, kemudian mereka diminta menceritakan kembali. Setelah itu baru dilakukan pengukuran menggunakan skala depresi,” jelas  Vebry.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 16 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen berjumlah 8 orang yang terdiri dari 4 laki-laki dan 4 perempuan, kelompok kedua adalah kelompok kontrol berjumlah 8 orang yang juga terdiri dari 4 laki-laki dan 4 perempuan. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala depresi, dengan metode analisis data yang digunakan Mann Whitney test.

Lebih lanjut Vebry menjelaskan hasil yang diperoleh dari perhitungan dalam penelitiannya, nilai mean kelompok eksperimen 12, 50 dan mean kelompok kontrol 4,50, sedangkan P=0,001. Karena nilai P<0,05 maka hipotesis pertama diterima dan dapat diartikan bahwa ada pengaruh expressive writing therapy terhadap penurunan tingkat depresi para individu yang kehilangan orangtua saat terjadi konflik di Ambon. Sementara itu, kelompok kontrol memperoleh skor Z= -0,887 dengan P=0,375. Dan pada kelompok eksperimen memperoleh skor Z= -0,436 dengan P=0,663. Karena nilai P>0,05 maka hipotesis kedua ditolak, yang dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan tingkat depresi antara laki-laki dan perempuan pada anak-anak yang kehilangan orangtua saat terjadi konflik di Ambon.

“Salah satu yang membuat saya tertarik melakukan penelelitian ini adalah, karena menurut teori sebelumnya expressive writing therapy sangat efektif menurunkan tingkat depresi individu,” tambah mahasiswa Magister Psikologi Profesi angkatan 17 itu.

Vebry berharap agar mereka yang pernah mengalami trauma pada saat masih anak-anak lebih dilibatkan dalam kegiatan sosial, sehingga mereka bisa berbaur dan mempunyai aktifitas yang banyak. Harapannya trauma yang berkepanjangan bisa berkurang.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id