Bantuan Alat Pengupas Kulit Ari Kacang Kelompok Usaha Kacang Asin di Kabupaten Mojokerto

  • 22 September 2015
  • 5751

Puji Slamet, ST.,MT dan Erni Puspanantasari Putri, ST.,M.Eng dosen Fakultas Teknik (FT) UNTAG Surabaya memberikan bantuan alat pengupas kulit ari kacang untuk meningkatkan kapasitas produksi Kelompok Usaha Kacang Asin Di Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Bantuan alat ini merupakan salah satu wujud pengabdian dosen melalui program Iptek Bagi Masyarakat (IbM).

Puji Slamet selaku ketua kelompok IbM mengatakan, pengusaha yang menerima bantuan alat tersebut adalah usaha kecil kacang asin milik Sofuan berdiri sejak tahun 2000, dan sampai dengan sekarang hanya mampu memproduksi kacang asin sebanyak 15 kg per hari yang harus dikerjakan oleh 3 orang. Kemampuan rata-rata seoarang dalam mengupas kulit ari kacang dalam satu hari tidak lebih dari 5 kg. Hal yang sama juga dialami oleh usaha kecil milik Muhammad fahturozy yang berdiri sejak tahun 2002 dan hanya mamproduksi kacang asin sebanyak 9 kg per hari yang dikerjakan 2 orang tenaga kerja.

“Informasi dari kedua pemilik usaha tersebut, sebenarnya permintaan kacang asin sangat banyak tetapi belum bisa memenuhi karena keterbatasan tenagaa dan biaya untuk mengupas kulit ari,” kata dosen Teknik Elektro itu.

Berdasarkan informasi itulah, Puji dan Erni, berusaha memberikan jalan keluar dengan mencoba untuk menggunakan alat pengupas kulit ari kacang agar jumlah produksinya dapat ditingkatkan. Alat pengupas kulit ari yang telah dicobakan ternyata menunjukkan hasil yang signifikan yaitu alat yang diterimakan kepada Sofuan dan Muhammad Fahturozy dapat menghasilkan 19-20 kg/jam dengan prosentase kacang pecah kurang lebih 5 %.

Puji menambahkan, permasalahan baru yang terjadi dengan meningkatnya kemampuan mengupas kulit ari kacang adalah kurangnya sarana penggorengan sehingga kacang kupas yang dihasilkan tidak dapat digoreng. Hal ini ternyata dapat mempengaruhi kualitas kacang yang dihasilkan. “Dengan keinginan dan semangat yang tinggi dari kedua pengusaha kecil kacang asin ini terhadap kualitas produknya, mereka rela mengeluarkan biaya untuk menambah alat penggorengan agar kualitas kacang asin yang dihasilkan tetap terjaga,” jelas Puji wakil ketua LPPM UNTAG Surabaya tersebut.

Sedangkan Erni menuturkan, peningkatan jumlah produksi kacang asin ini tentunya berdampak pada pemasaran kacang tersebut. Jalan keluar yang kami berikan untuk mengatasi permasalahan pemasaran adalah dengan memberikan bimbingan dan pendampingan dalam upaya meningkatkan jumlah dan memperluas daerah pemasaran.

“Bimbingan yang telah kami lakukan adalah dengan memberikan tutorial bagaimana cara memasarkan kecang asin dan bagaimana mendapatkan pelanggan-pelanggan yang baru. Hasil yang diperoleh dari bimbingan tersebut adalah penambahan wilayah pemasaran yang semula pada daerah mojokerto, sekarang mulai dapat dipasarkan di daerah jombang, sidoarjo, dan gresik,” ungkap Erni yang saat ini menyelesaikan studi S3-nya di Khon Kaen University (KKU) Thailand itu kepada warta17agustus.com.

Keinginan kedua pengusaha kecil kacang asin untuk dapat memasarkan produknya di mini market dan super market sementara ini masih terkendala pada pengurusan merek dan ijin IRT yang masih diupayakan. Disamping permasalahan ijin IRT dan merek yang masih diupayakan, juga masih ada lagi permasalahan yang perlu adanya pemikiran mencari jalan keluarnya adalah kecepatan pengemasan dan kualitas kemasan agar terlihat lebih menarik disamping menjaga kualitas rasa yang stabil.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id