Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Tantangan terbesar generasi muda Indonesia saat ini adalah makin menipisnya cadangan sumber energi. Diperkirakan 15 tahun ke depan Indonesia akan kehabisan batu bara. Menurut Prof. Dr.(H.C) Dahlan Iskan mantan CEO Jawa Pos diperlukan langkah cepat untuk mencari jalan keluar saat batu bara telah habis.
“Ini merupakan hal mendesak yang harus dibicarakan dan direncanakan, setidaknya dalam 3 tahun kedepan sudah ada keputusan tentang sumber energi apa yang kita andalkan setelah batu bara habis. Jangan sampai terlambat,” ucap Dahlan Iskan dalam acara seminar nasional “Kemandirian Teknologi Untuk Negeri” Himpunan Mahasiswa Mesin (HIMAMETA) UNTAG Surabaya, di Gedung Graha Wiyata lantai 9, Selasa (14/11/2017).
Lebih jauh, Dahlan Iskan menyampaikan, secara ilmiah batu bara merupakan sumber energi yang mendominasi di Indonesia. Sebanyak 80% energi saat ini berasal dari batu bara, sedangkan sekitar 15 tahun lagi batu bara akan habis, tetapi sampai saat ini belum terdengar skenario maupun perencanaan energi apa yang akan menggantikan atau yang diandalkan Indonesia setelah batu bara habis.
“Saya sedikit heran kenapa ini tidak segera menjadi agenda setting. Harusnya segera diset-up, karena penyiapan energi setelah batu bara itu tidak mudah, membutuhkan waktu dan persiapan yang panjang,” ungkapnya.
Dalam seminar nasional tersebut, Dahlan Iskan mengajak mahasiswa UNTAG Surabaya untuk berperan serta mencari pengganti batu bara. Karena energi sangat penting untuk pembangunan, tanpa adanya energi maka pembangunan akan terhenti.
“Pembangunan itu mutlak membutuhkan energi, selama ini kita mengandalkan batu bara sebagai bahan energi. Dan, itu tidak bisa bertahan lama lagi, untuk itu mahasiswa harus turut serta memikirkan dan mencari solusinya,” tegasnya.
Menurut Dahlan Iskan, salah satu alternatif pengganti batu bara adalah memanfaatkan sumber energi panas dari matahari. Dalam hal ini maka dibutuhkan penyimpanan energi listrik di baterai, karena masyarakat banyak yang menggunakannya di malam hari.
“Pemikiran kemampuan terhadap kemandirian baterai itu menjadi sangat penting. Maka itu menjadi PR kita bersama bagaimana mendalami baterai medium made in Indonesia. Bagaimana caranya kita bisa menjadi produsen baterai elektro karena ketika batu bara habis, minyak habis, gas habis tapi ada matahari yang begitu hebat. Maka teknologi baterai harus menjadi andalan untuk masa depan jika ingin mandiri,” pungkasnya.
Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme