Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Direktorat Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memberikan Bimbingan Teknis Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Berorientasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) kepada 500 dosen wilayah Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) X. Hal tersebut dilakukan dalam rangka Implementasi Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) pada Era Industri 4.0 (10/08/19).
Kepala Sub Direktorat Pendidikan Akademik, Direktorat Pembelajaran, Sirin Wahyu Nugroho, menerangkan Revolusi Industri 4.0 mendorong kurikulum pendidikan tinggi agar sesuai dengan dinamika digital, internet of thing, Artificial Intelligence, bioteknologi, serta perkembangan pesat lainnya. Jika tidak disesuaikan, lulusan perguruan tinggi tidak akan sesuai untuk menjadi pemikir dan pekerja di era ini.
‘’Dosen merupakan kreator Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu, dosen menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah satu caranya melalui kegiatan pendampingan kurikulum sejenis ini,’’ terangnya.
Sementara itu, Sekretaris LL Dikti Wilayah X, Yandri Anas, menjelaskan Lembaga pendidikan tinggi yang berada di wilayah LL Dikti X perlu mendapatkan pendampingan dan bimbingan semacam ini, mengingat masih banyak perguruan tinggi yang belum terakreditasi dengan peringkat baik. Selain itu, untuk mencapai target capaian kinerja tahun 2019, melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mahasiswa di pendidikan tinggi.
‘’Diharapkan melalui kegiatan pendampingan semacam ini, dosen mampu memiliki pengetahuan untuk mengembangkan kurikulum di perguruan tingginya masing-masing, sehingga mampu bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi,’’ jelasnya.
Selain pemaparan materi, peserta juga diajak menggunakan media berbasis digital untuk menjawab pertanyaan seputar kurikulum, KKNI, dan SN Dikti melalui aplikasi Kahoot. Peserta juga diminta untuk membuat RPS sederhana yang kemudian dievaluasi dan dikoreksi oleh Tim dari Belmawa.
Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa narasumber serta ahli di bidang kurikulum dari perguruan tinggi, antaranya Ludfi Djajanto, Syamsul Arifin, dan Hendrawan Soetanto. Mereka beranggapan, metode pembelajaran harus dikembangkan melihat dari mahasiswanya, bukan dari dosen itu sendiri.
Sumber : https://belmawa.ristekdikti.go.id
Reporter : MKM
Editor : LA_Unda