Corona Belum Usai, Merebak Lagi Virus Baru dari China

  • 15 Oktober 2020
  • REDAKSI
  • 1212

Masyarakat tengah di hebohkan oleh penemuan virus baru yang merebak di China. Virus yang bernama Norovirus ini ialah wabah penyakit mirip diare yang menyebar melalui makanan, minuman dan kotoran manusia atau hewan. 


Norovirus dianggap sebagai penyebab paling umum dari gastroenteritis akut di seluruh dunia.


Dilansir dari Alodokter, Flu Perut atau gastroenteritis adalah penyakit yang membuat penderita muntah-muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan pada dinding saluran pencernaan, terutama lambung dan usus.


Sedangkan di masyarakat luas, gastroenteritis lebih dikenal dengan istilah muntaber.


Para peneliti di China menemukan bahwa praktik penanganan yang buruk terkait memasak dan pengiriman makanan telah menjadi sumber perantara penyebaran norovirus.


Virus corona belum usai, merebak lagi virus baru dari China, yakni norovirus. Norovirus adalah virus yang sangat menular yang menyebabkan muntah dan diare. Orang-orang dari segala usia bisa terinfeksi dan sakit norovirus.


Orang-orang yang menyentuh makanan secara langsung akan menjadi sumber infeksi yang dalam wabah bawaan makanan di Guangzhou.


Penularan melalui makanan merupakan 40 persen dari wabah norovirus di kota dari 2016 hingga 2018, di antaranya kontaminasi oleh pekerja dapur menyumbang sebagian besar, mereka menambahkan. Praktik penanganan makanan membawa potensi risiko wabah gastroenteritis akut karena pengawasan dan pengawasan yang tidak memadai, kata para peneliti.


“Perhatian yang lebih besar harus diberikan pada pemantauan dan pengawasan penjamah makanan di restoran di luar kampus untuk mengurangi insiden gastroenteritis akut terkait norovirus yang terkait dengan pengiriman makanan," seperti dikutip dari foodsafetynews.com, Rabu (14/10/2020).


Mengutip penelitian yang diterbitkan dalam jurnal BMC Public Health, melaporkan bahwa siswa di sekolah di Guangzhou tiba-tiba mengalami gejala diare dan muntah.


Guangzhou adalah sebuah kota di Provinsi Guangdong, China bagian selatan. Setidaknya ada dua wabah di empat sekolah dari 2015 hingga 2017 di kota itu, menurut Sistem Pengawasan Kejadian Darurat Kesehatan Masyarakat Nasional.


Sebuah studi kasus kontrol dilakukan dengan menggunakan kuesioner standar online. Kelompok kontrol dipilih secara acak siswa sehat dari jenis kelamin dan usia yang sama sebagai kasus tetapi tanpa gejala gastrointestinal.


Proporsi siswa yang mengonsumsi delivery food tiga hari sebelum serangan penyakit pada kelompok kasus 2,69 kali lipat dari kelompok kontrol. Mereka mengonsumsi makanan untuk dibawa pulang tiga hari sebelumnya, dan paparan kasus serupa 72 jam sebelum serangan dan kasus di asrama yang sama merupakan faktor risiko.


Gejala tersering adalah muntah, diikuti diare, sakit perut, dan demam. Semua kasus ringan dan tidak ada rawat inap, sakit parah, atau kematian terjadi. Semua kasus adalah pelajar, berusia 17 hingga 23 tahun, termasuk 47 laki-laki dan 110 perempuan.


Deteksi Norovirus total 379 sampel dikumpulkan, termasuk sampel usap rektal dari kasus, pengurus makanan di restoran luar kampus dan staf kantin di sekolah dan 32 penyeka lingkungan, 21 dari kantin di sekolah dan 11 dari restoran di luar kampus. Sampel usap rektal dari karyawan dan usap lingkungan dari restoran di luar kampus yang menawarkan layanan pengiriman kepada siswa dikumpulkan.


Dari 169 usap rektal, 10 positif norovirus, dan dua dari 11 sampel swab lingkungan positif. Semua sampel negatif untuk virus dan bakteri lain.


Strain yang terdeteksi dalam lima sampel (dua kasus yang dikonfirmasi, penjamah makanan, dan dua sampel swab lingkungan) semuanya adalah strain referensi genogroup GII.3 norovirus. Deteksi norovirus dalam sampel usap lingkungan dari restoran di luar kampus dan usapan rektal dari pengurus makanan yang menyajikan serangkaian bukti, menurut penelitian tersebut.(ra)


Sumber : bisnis.com

 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

REDAKSI