Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Hati-hati bagi yang memiliki buah hati ketika bermain Pokemon Go. Karena, game tersebut dinilai dapat merusak mental anak. Dr. Igaa Noviekayati, M.Si., Psikolog, Ketua Prodi Magister Profesi (MAPRO) Untag Surabaya berpendapat di dalam permainan itu terdapat unsur-unsur negatif yang mampu membuat anak berubah dari segi Psikologinya bahkan merusak otak melebihi narkoba.
“ Game Pokemon Go akan mengurangi kesadaran anak terhadap orang lain. Karena, mereka lebih mengutamakan keinginannya sendiri tanpa memperdulikan orang lain, stabilitas emosi mereka menjadi tidak stabil disebabkan keinginan untuk menemukan Pokemon, sehingga anak menjadi tidak dapat membedakan mana khayalan dan mana realita karena pada dasarnya game ini tidak terlihat secara nyata yang menjadikan anak hanya lebih mengutamakan keinginannya sendiri. ”
“ Pada dasarnya semua game apalagi Pokemon Go dapat merusak otak melebihi narkoba. Karena, menyebabkan addiction diamana mereka tidak bisa berhenti untuk bermain. Frekwensi dan cara berpikir dari games tidak cocok dengan tarap perkembangan kognitif yang anak miliki sehingga hal ini yang menyebabkan adiktif. ” tambah pengurus Himpsi Jatim Bidang Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan Jasa dan Praktek Psikologi.
Sebenarnya di Pokemon Go ini ada dampak positifnya khususnya cocok untuk anak-anak yang takut dengan keramaian (phobia sosial/aghora phobia) karena game ini suatu permainan yang menggabungkan visual dan realitas, dimana keuntungannya anak bisa lebih kreatif dan lebih mengenal lingkungan dengan lebih baik sehingga soft skill yang akan berkembang adalah ketrampilan motorik, kemampuan memecahkan masalah dan kreatifitas yang menjadikan anak secara tidak disadari akan keluar dari rumah dan sudah berada di area sosial tanpa adanya paksaan.
“ Karena game ini lebih banyak negatif daripada positif saya sarankan kepada orang tua sebaiknya tidak mengikuti trend, dan diharapkan orangtua lebih bijak untuk mengajak anak beraktivitas sehingga anak mampu kerkembang yang lebih baik. “
“ Orang tua lebih baik menyarankan anak untuk beraktivitas lain yang lebih bermanfaat, jangan karena trend anak menjadi seseorang yang tidak anda harapkan dikemudian hari. ” tutup Dr. Igaa Noviekayati, M.Si., Psikolog.
Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme