Halal Bi Halal Keluarga Besar YPTA Surabaya Mempererat Persaudaraan & Mengokohkan Kebersamaan dalam Kebhinekaan

  • 14 Juni 2019
  • REDAKSI
  • 5894

Keluarga Besar Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya menggelar acara halal bi halal yang dihadiri oleh seluruh satuan unit, yakni SMP 17 Agustus 1945 (SMPTAG), SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) dan Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG). Kegiatan yang berlangsung di Graha Wiyata lantai 9 tersebut menghadirkan Ustadzah Tan Mei Hwa sebagai penceramah, (13/062019).

Sekretaris YPTA Surabaya J. Subekti. S.H., M.M., pada sambutannya menegaskan bahwa, bukan pengurus yayasan yang memilih pegawai dan tenaga pendidik YPTA Surabaya, tapi menurutnya Yang Maha Kuasa lah yang telah memilih seluruh pegawai dan tenaga pendidik untuk mengabdi di YPTA Surabaya serta mencerdaskan Bangsa Indonesia.

"Memang kami yang menggelar acara halal bi halal, tapi tanpa unit-unit satuan pendidikan seperti SMPTAG, SMATAG dan UNTAG, kegiatan semacam ini tidak akan terlaksana. Kami berharap dari silaturahmi ini dapat memberi sebuah bekal siraman rohani dan spirit untuk YPTA Surabaya. Karena Allah telah memilih Bapak Ibu dan saudara sekalian untuk mengabdi dan mencerdaskan anak-anak bangsa," ucap Subekti.

Sedangkan Ketua Takmir Masjid Baitul Fikri YPTA Surabaya, Muh. Jufri Ahmad, S.H., M.M., M.H., pada kesempatannya mengatakan, bahwa awal mula budaya silaturahmi atau halal bi halal seperti yang dilakukan hari ini tidak terlepas dari tokoh nasionalis-religius. Dalam hal ini Jufri menyebut nama Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno dan KH. Abdul Wahab Chasbullah yang berhasil menggagas budaya silaturahmi pada masa setelah kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

"Jika kita menelisik sejarah, ternyata asal muasal halal bi halal tidak lepas dari sosok nasionalis dan religius. Sosok KH. Abdul Wahab Chashullah diundang ke istana oleh Bung Karno agar dapat memberi sebuah gagasan untuk mengatasi dinamika politik yang terjadi setelah kemerdekaan. Hingga akhirnya KH. Abdul Wahab menyarankan budaya silaturahmi atau halal bi halal dilakukan demi meredam situasi dan kondisi saat itu," ujar Dosen Fakultas Hukum tersebut.

Sementara itu Ustadzah Tan Mei Hwa, sebagai penceramah memaparkan, bahwa apapun kepercayaan dan agamanya, apapun kitab suci dan keyakinannya, menurutnya di dunia yang luas dengan berbagai perbedaan tersebut, tidak ada satu pun agama yang mengajarkan tentang kebencian.

"Di dunia ini ada orang Majusi, ada Yahudi, ada Kristiani dan juga ada Islam. Namun setiap agama tidak ada satu pun yang pernah mengajarkan tentang ujaran kebencian. Saya kira dalam kitab suci agama atau kepercayaan apapun, juga tidak akan kita temukan hal-hal yang mengajarkan tentang kebencian," kata perempuan yang akrab disapa bu Nyai tersebut.

Tidak hanya itu, Tan mei Hwa juga menambahkan bahwa perbedaan itu bukan hanya pendapat, bukan hanya golongan, suku atau agama saja, tapi terkadang perbedaan status pun juga dapat membuat seseorang tidak saling menghormati satu sama lain.

"Damai itu indah, damai itu menenangkan hati dan damai itu juga menentramkan jiwa. Tapi tak semudah membalikkan telapak tangan, melakukan memang tak semudah mengatakan. Marilah kita semua sama-sama belajar untuk saling menghargai perbedaan, sehingga munculah rasa saling menghormati antar satu dengan yang lain," tutup perempuan yang menekuni dunia dakwah sejak tahun 1993 itu.

Reporter : YRS

Editor     : LA_unda 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

REDAKSI