Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Selama ini penelitian yang dilakukan di perguruan tinggi ibarat menara gading, tinggi di atas dan jauh dari jangkauan masyarakat. Menurut reviewer Ristekdikti Prof. Dr. Akhmad Fauzy, S.SI.,M.Si.,Ph.D, banyak sekali penelitian dosen hanya disimpan atau dinikmati kalangan tertentu, yaitu para peneliti di perguruan tinggi sendiri. perguruan tinggi harus dapat berkontribusi dalam pembangunan lingkungan sekitar, tidak hanya di dalam lingkungan kampus saja.
“ Padahal penelitian yang dilakukan perguruan tinggi seyogyanya menghasilkan manfaat yang bisa digunakan oleh masyarakat. Melalui hasil penelitian, perguruan tinggi harus dapat berkontribusi dalam pembangunan lingkungan sekitar, tidak hanya di dalam lingkungan kampus saja. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan cara hilirisasi penelitian,” kata guru besar Statistika UII Yogyakarta itu saat memberikan materi pada seminar nasional hilirisasi hasil penelitian yang digelar oleh LPPM UNTAG Surabaya pada bulan September lalu.
Hilirisasi hasil penelitian adalah implementasi metode hasil penelitian dalam berbagai hal, sehingga masyarakat bisa turut menikmati hasilnya. Hasil penelitian tidak boleh hanya berhenti menjadi laporan, dipublikasikan, dan dipatenkan saja, namun harus sampai menjadi produk yang bisa dikomersialkan untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk hilirisasi hasil penelitian tidak harus pada industri besar tetapi dapat juga penerapannya langsung menyentuh lapisan masyarakat (industri kecil).
Untuk memaksimalkan hilirisasi penelitian, jelas Prof. Fauzy, perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan dengan pemerintah maupun swasta. Sehingga hasil penelitian dapat dirasakan oleh masyarakat secara maksimal. Perguruan tinggi juga perlu meningkatkan kembali manajemen pengelolaan kampus dan kemampuan untuk mencari pendanaan secara kreatif. Hal tersebut berguna untuk mendukung terlaksananya penelitian-penelitian baru yang mungkin telah dinantikan implementasinya pada masyarakat.
“Salah satu tolok ukur hasil penelitian diarahkan sampai ke hilir adalah mengukur tingkat kesiapterapan teknologi atau technology readiness level (TKT). TKT adalah tingkat kondisi kematangan atau kesiapterapan suatu hasil penelitian dan pengembangan teknologi tertentu yang diukur secara sistematis dengan tujuan untuk dapat diadopsi oleh pengguna, baik oleh pemerintah, industri maupun masyarakat,” tambahnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, sekarang ini pemerintah melalui Kemenristekdikti telah mendorong agar perguruan tinggi melaksanakan hilirisasi hasil penelitian. Beberapa kebijakan yang telah dilakukan untuk mempercepat hilirisasi hasil penelitian antara lain: hibah, beban kinerja dosen, tingkat kesiapterapan teknologi, dan evaluasi kinerja.
“Pemerintah melalui Kemenrtistekdikti telah mendorong agar perguruan tingi melaksanakan hilirisasi hasil penelitian dengan mengeluarkan Permenristekdikti No. 42 tahun 2016 tentang Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi, juga telah melakukan evaluasi kinerja pengabdian kepada masyarakat,” tegas Prof. Fauzy.