Keluarga Memiliki Peran Besar Untuk Menciptakan Budaya Peduli Terhadap Sampah

  • 27 Februari 2017
  • 5762

Indonesia pada tanggal 21 Februari 2017 kemarin memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Permasalahan sampah di Indonesia mencuat di permukaan sejak terjadinya tragedi longsor sampah di TPA Leuwi Gajah pada tanggal 21 Februari 2005 yang menyebabkan 141 orang meninggal dan 6 orang terluka serta menelan biaya yang cukup besar untuk ganti rugi dan pembebasan lahan.

Menurut Wakil Rektor II UNTAG Surabaya, Dr. Ir. RA Retno Hastijanti, MT, membuang sampah  merupakan kegiatan semua orang baik diri sendiri, lingkungan internal maupun eksternal. Tetapi, yang harus dipikirkan adalah, kalau dulu membuang sampah tidak menimbulkan masalah, sekarang orang membuang sampah memunculkan masalah baru.

“Sampah menjadi masalah karena penduduk yang semakin banyak, dan bumi yang tidak mampu menguraikan sampah anorganik. Kalau dulu sampahnya organik,” ungkap dosen Teknik Arsitektur itu kepada warta17agustus.com, Jum’at (24/2/2017).

Lebih lanjut dia menjelaskan, sebenarnya membuang sampah merupakan gaya hidup. Contohnya, jika di sekolah atau di kampus sudah menyediakan tempat sampah, tetapi jika di rumah tidak ada tempat membuang sampah, maka gaya hidup membuang sampah pada tempatnya tidak bisa terealisasi ketika berada di rumah.  

“Jika orangtua tidak peduli akan sampah, maka tidak akan bisa mengadopsi gaya hidup yang ramah lingkungan. Peran lingkungan rumah tangga atau keluarga sangat besar, baru kemudian lingkungan pergaulan,” tambahnya.

Dr. Hasti yang juga menjabat sebagai tim cagar budaya Pemerintah Kota Surabaya ini menyebutkan bahwa sebesar 60 % sampah perkotaan disumbang oleh sampah rumah tangga. Untuk itu dirinya menyambut baik Hari Peduli Sampah Nasional dengan harapan bisa mengingatkan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, lebih-lebih mampu mengelola sampah dengan baik.

“Kalau belum bisa menerapkan sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle), minimal buanglah sampah pada tempatnya,” tegasnya.

UNTAG Surabaya, jelas Dr. Hasti, sudah mempunyai kebijakan tentang budaya eco campus. Kebijakan tersebut kemudian disosialisasikan, secara fisik sudah menyediakan tempat sampah lebih dari 100 yang ditempatkan di sudut-sudut kampus dan area kampus lainnya.

“Ini semua agar tercipta budaya peduli terhadap sampah. UNTAG Surabaya pernah meraih juara 2 Eco Campus diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-723 tahun 2016 lalu,” pungkasnya.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id