Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Yayasan PERGURUAN 17 AGUSTUS 1945 ( YPTA) Surabaya menyelenggarakan Haul Bung Karno ke-46 tahun dengan tema “ Kita Mengenang, Kita Menghayati dan Kita Meneruskan Perjuangan Bung Karno” di depan patung proklamator gedung Graha Wiyata lantai 1( 21/6/2016).
Kegiatan Haul Soekarno atau Bung Karno merupakan kegiatan rutin YPTA Surabaya setiap tahun untuk memperingati wafatnya Bung Karno dan menteladani perjuangan Bung Karno serta menanamkan nilai-nilai nasionalisme.
Nuniek Silalahi narasumber dalam Haul Bung Karno ke-46 mengatakan Bung Karno sebagai pemimpin dunia, Bung Karno pemimpin yang menggandrungi persatuan Indonesia, pemimpin yang memiliki cita rasa seni, pemimpin yang nasionalis. Soekarno pemimpin yang demokratis, gagasan demokrasi terpimpin sering disalah artikan sebagai kediktatoran. Demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan. Bukan demokrasi yang semaunya sendiri menyalahartikan perkataan “ Merdeka ” dengan bebas melakukan apa saja sehingga suatu pekerjaan tiak akan dapat terselesaikan dengan baik. “ Karena sejarah membutikkan lahirnya UNTAG Surabaya dan UNTAG yang ada di Indonesia juga diilhami bahkan diinspirasi sendiri oleh Bung Karno yang waktu itu memerintahkan Prof. Prayudi Atmo Suderjo untuk membangun suatu pendidikan tinggi untuk menyiapkan calon-calon administrator negara setelah Indonesia merdeka,” tambah Nuniek.
Selain itu dalam haul Bung Karno juga menghasilkan suatu penamaan baru pada ruang depan patung proklamasi dengan nama “ Plasa Proklamasi ”. J.Subekti SH.MM selaku bendahara YPTA Surabaya mengatakan usulan penamaan Plasa Proklamasi mengandung makna karena disitu terdapat patung yang menggambarkan ketika proklamasi dikumandangkan ke dunia dan kampus ini adalah universitas 17 Agustus 1945 Surabaya maka usulan itu muncul sebagai simbolisasi dari semangat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
“Kami harapkan masyarakat khususnya mahasiswa UNTAG Surabaya untuk tetaplah mau mengingat jasa para pahlawan dan jangan pernah melupakan sejarah karena negara ini tidak akan muncul kalau tidak ada frakmentasi sejarah pergerakan kemerdekaan yang mencapai puncaknya ketika Bung Karno dan Bung Hata memproklamasikan kemerdekan Indonesia di pegangsaan timur 56 jakarta,”tutupnya.