Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Mahasiswa Program Studi Magister Psikologi angkatan 34, Fakultas Psikologi UNTAG Surabaya melaksanakan praktek lapangan lintas budaya ke Suku Osing, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jum’at-Sabtu (5-6/8/2016). Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini disambut langsung oleh Camat Glagah.
Prodi Magister Psikologi memilih Kabupaten Banyuwangi sebagai tempat belajar lintas budaya karena letak Banyuwangi yang dekat dengan Bali, Madura, dan Jawa. Sehingga terjadi akulturasi budaya, terlihat sekali ketika Festival Kuwung dengan beragamnya variasi tarian, pakaian, efek-efek kultur Bali, Madura, Mataram, Muslim, dan agama Hindu.
Wakil Rektor 1 UNTAG Surabaya, Dr. Andik Matulessy, M.Si mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Kecamatan Glagah yang telah memberikan kesempatan mahaiswa Magister Psikologi UNTAG Surabaya untuk melihat lebih dekat mengenal budaya Suku Osing.
“Beberapa tahun lalu Suku Osing jarang terungkapkan, tetapi sekarang telah menjadi pusat parisawata di Banyuwangi. Semoga dengan keterbukaan ini bisa saling memahami lebih jauh dan terjalin kerjasama yang baik,” kata Dr. Andik, dosen Fakultas Psikologi itu.
Lebih lanjut Dr. Andik berharap selama dua hari melakukan praktek lapangan lintas budaya mahasiswa Magister Psikologi mendapat ilmu dan pengetahuan baru yang bermanfaat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan dosen maupun mahasiswa bisa melakukan penelitian di Suku Osing.
“Dan maaf jika ada kesalahan. Semoga kekeluargaan UNTAG Surabaya dengan Desa Kemiren tetap terjalin,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama Camat Glagah, Setyo Puguh Widodo, S.STP.,M.Si menyambut baik kedatangan 19 mahasiswa Magister Psikologi UNTAG Surabaya yang melakukan praktek lapangan lintas budaya di Suku Osing, Desa Kemiren.
“Selamat datang di Kemiren, suatu kehormatan mahasiswa UNTAG Surabaya bisa hadir disini mengenal Osing,” ucap Puguh diawal sambutannya. Dia berharap mahasiswa yang hadir di desanya bisa datang kembali untuk menikmati objek wisata yang ada di Banyuwangi. Menurutnya, setiap minggu Suku Osing kedatangan tamu, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Suku osing merupakan penduduk asli banyuwangi karena suku osing adalah masyarakat yang hidup pada pemerintahan Kerajaan Blambangan. Suku osing juga memiliki adat istiadat budaya, bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan Madura,” tambahnya.
Puguh menjelaskan, salah satu ritual yang dilakukan penduduk Desa Kemiren adalah ritual pembersihan dari hal-hal yang buruk atau biasa yang dikenal dengan Pecel Pitik. Ritual ini adalah ritual makan bersama di salah satu makam leluhur yang paling dihormati.
“Tadi kita telah disambut tari Jejer Gandrung dan Tari Jaran Goyang. Kita selalu terbuka menerima kunjungan dari UNTAG Surabaya,” tutup Puguh.