Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNTAG Surabaya bersama Badan Penjaminan Mutu (BPM), dan Fakultas Ekonomi (FE) melakukan penjajakan kerjasama dengan Kabupaten Madiun. Menurut Supriyadi, SH.,MH, Kasubag Umum LPPM sekaligus tim penjajakan kerjasama, perguruan tinggi memang harus banyak mencari trobosan-trobosan baru untuk melakukan kerjasama pemberdayaan masyarakat.
“ Upaya-upaya itu akan terus dilakukan dan pada tanggal 26 April kemarin LPPM ditemani BPM, Fakultas Ekonomi ke Kabupaten Madiun khususnya ke Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata untuk melakukan penjajakan kerjasama,” kata Supriyadi saat ditemui warta17agustus.com di kantornya, Selasa (10/5/2016).
Inti dari penjajakan kerjasama yang dilakukan UNTAG Surabaya adalah ingin menggali potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Madiun, karena hingga saat ini Kabupaten Madiun belum mengklasifikasin potensi unggulannya. “Ada sekitar 17 jenis komoditi yang berlokasi di berbagai desa dan kecamatan. Tetapi potensi yang paling diunggulkan belum diketahui,” jelas Supriyadi.
Selama diskusi dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata tim LPPM menemukan yang justeru tidak masuk di komoditi, yaitu porang. Porang adalah bahan baku untuk membuat kosmetik, maupun campuran bahan obat, yang memiliki potensi sangat besar karena 60 % wilayah Kabupaten Madiun adalah perbukitan dan hutan.
“Tanaman ini bisa dimanfaatkan karena jumlahnya besar dan tumbuhnya bisa di lingkungan hutan, tempat rindang, namun potensi untuk mengolahnya tidak bisa dilakukan sendiri melainkan dikirim ke Kediri dan Blitar,” tambahnya.
Dari hasil penjajakan tersebut LPPM akan menempatkan beberapa peneliti di Kabupaten Madiun untuk membuat suatu kajian, kenapa selama ini hanya dikirim dalam bentuk bahan mentah, apakah memang prasarana yang masih kurang, atau memang sumber daya daerahnya sendiri yang belum memadai. “Untuk potensi yang sudah berjalan akan dilakukan pendampingan. Pada tahun 2016 ini kita membuat usulan kepada Dikti tentang kecukupan air di Desa Batok,” ucap Supriyadi.
Supriyadi menambahkan, penjajakan kerjasama ini memang butuh waktu untuk mewujudkan kerjsama. Perlu ditunjukan terlebih dulu karya apa yang bisa dilakukan disana, sehingga kerjasama yang terjalin tidak hanya di atas kertas, tetapi ada sesuatu yang diberikan kepada masyarakat.
“Penjajakan akan dimulai dari mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) untuk menggali potensi lebih dalam lagi. Harapannya potensi lokal bisa menjadi potensi unggulan daerah,” pungkasnya.