Makna Isra Miraj, Menanamkan Nilai Ibadah dan Toleransi Antar Agama

  • 31 Januari 2025
  • 42

Isra' Mi'raj merupakan salah satu peristiwa agung dalam sejarah Islam. Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian menuju langit ketujuh untuk menerima perintah sholat lima waktu dari Allah SWT, menjadi momentum spiritual yang hingga kini menjadi kewajiban bagi umat Muslim.


Peringatan Isra' Mi'raj di berbagai tempat sering kali diisi dengan pengajian, ceramah, atau perenungan keagamaan. Namun, di SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) Surabaya, makna Isra' Mi'raj tidak hanya direnungkan secara religius, tetapi juga diwujudkan dalam pembelajaran luar ruang yang edukatif serta penuh dengan nilai toleransi.


Menurut Sugeng S.Pd.I, guru agama Islam di SMATAG Surabaya, peringatan Isra' Mi'raj di sekolah ini biasanya dilaksanakan di luar lingkungan sekolah. 


“Biasanya, kami melaksanakan kegiatan ziarah ke makam para wali, seperti Wali Songo, para penyebar agama Islam di Nusantara,” ujarnya Sugeng (24/1)


Pada bulan Februari 2025, sekolah telah merencanakan ziarah ke Wali Lima, mencakup Sunan Ampel, Sunan Giri, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Bonang, dan lainnya. Kegiatan ini melibatkan seluruh siswa dari kelas 10, 11, hingga 12, termasuk siswa non-Muslim. Mereka akan melakukan perjalanan bersama menggunakan bus, sambil belajar mengenai sejarah Islam masuk ke Indonesia melalui peran Wali Songo. 


Sugeng menambahkan bahwa selama kegiatan ini, siswa diperkenalkan pada ajaran-ajaran Islam dan nilai-nilai toleransi yang dianut para wali dalam menyebarkan agama di tengah masyarakat yang sebelumnya menganut agama Hindu dan Buddha.


“Pesan utamanya adalah pentingnya menjaga ibadah sholat lima waktu serta memahami perjuangan para wali dalam menyebarkan Islam. Selain itu, kami ingin siswa belajar tentang toleransi, kebersamaan, dan pentingnya hidup berdampingan meskipun berbeda keyakinan,” jelasnya


Pendidikan Inklusif yang Menjunjung Kebersamaan


Kegiatan ziarah ini telah menjadi tradisi tahunan di SMATAG Surabaya. Jika sebelumnya Maulid Nabi diperingati dengan kegiatan di dalam sekolah, maka Isra' Mi'raj dirancang lebih interaktif dengan program luar sekolah. Respon siswa sangat positif, bahkan siswa non-Muslim turut berpartisipasi, menunjukkan tingginya semangat toleransi di lingkungan sekolah.


Sugeng menegaskan bahwa sekolah berkomitmen menciptakan suasana inklusif yang tidak memaksa kehendak siswa untuk memeluk agama tertentu. 


“Kami berharap kegiatan ini tidak hanya memperkuat disiplin siswa dalam beribadah, tetapi juga membangun rasa saling menghormati antaragama,” ungkapnya


Dengan semangat toleransi dan kebersamaan yang tinggi, SMATAG Surabaya terus membuktikan bahwa pendidikan agama tidak hanya soal teori, tetapi juga pengamalan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Siswa tidak hanya diajak untuk mengenal sejarah Islam, tetapi juga memperkuat ikatan sosial yang mendukung persatuan dan harmoni di tengah keberagaman. (Boby)


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id