Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Komunikasi merupakan aspek penting yang dibutuhkan makhluk sosial. Menurut Dosen Psikologi UNTAG Surabaya Niken Titi Pratitis, S.Psi., M.si., Psikolog, manusia sebagai makhluk sosial perlu mempelajari Face Reading and Body Language karena interaksi lebih banyak menggunakan komunikasi non-verbal.
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non-verbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata komunikasi non-verbal jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal. Ada dua bentuk komunikasi non-verbal yaitu ekspresi wajah (Face Reading) dan bahasa tubuh (Body Language).
''Komunikasi non-verbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non-verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena lebih spontanitas,'' kata Niken pada saat mengisi Seminar Psikologi BEM Fakultas Psikologi (FPsi) UNTAG Surabaya (27/10).
Selanjutnya, Niken menjelaskan setiap bagian dari tubuh (termasuk wajah) “memuat” suatu tanda tertentu yang dapat “dibaca” dan “menggambarkan” karakteristik kepribadian. Seperti jarak bola mata, bentuk wajah, bentuk mulut, bentuk tulang pipi, dahi, dan lain-lain. Hal tersebut dapat menggambarkan karakter individu. Sehingga dapat mempelajari cara memahami dan membaca “tanda-tanda” di wajah. Sedangkan “bahasa tubuh” merupakan suatu ketrampilan tersendiri yang secara khusus dapat dilatih.
''Tanda utama dalam Face Reading, seperti toleransi (jarak kedua bola mata), kadar emosional (besar kecilnya bola mata), persepsi kritis (garis sudut luar mata), magnetism (binarnya bola mata), kejujuran (gerakan mata/arah pandang). Sedangkan bentuk bahasa tubuh, yaitu penampilan (performance), kinesics dan gesture (eye contact, ekspresi wajah, isyarat dengan mata, tangan dan kepala), posture (cara berdiri/duduk, posisi tubuh, cara jalan, arah hadap), haptics (setuhan, jabat tangan), proximity (jarak antar individu),'' tambahnya.
Lebih lanjut Pengurus HIMPSI Wilayah Jawa Timur ini menjelaskan dengan mempelajari Face Reading dan Body Language, banyak manfaat yang diperoleh, terutama ketika berkomunikasi. Pertama, memahami komunikasi non-verbal orang lain dengan lebih baik. Kedua, membantu lebih mengenal dan memahami karakter orang lain dalam proses penyesuaian diri.
Berikutnya, ketiga, memanfaatkan ketrampilan ini untuk kepentingan pribadi atau profesi. Keempat, dapat memahami cara berpikir orang lain sehingga meminimalisasi konflik dengan orang lain dan mempererat hubungan kerja, persahabatan, kerjasama maupun persaudaraan. Kelima, bisa membantu diri untuk berkembang, dengan peningkatan sisi positif serta memperbaiki sisi negatif.
''Dengan memahami bahasa tubuh kita dapat mengamati body language lawan bicara. Contohnya, mengerti apa yang tidak terkatakan, dan apa yang dipikiran lawan bicara. Mengenali tanda kebohongan, tanda kebosanan, dan lain-lain. Memperbaiki body language kita sendiri, contoh membangun hubungan dengan lebih cepat, memperkuat pengaruh komunikasi, menghindari kesalahpahaman dan mis informasi, dan lain-lain,'' ujar Niken.
Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme