Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Tiga dosen UNTAG Surabaya ( Ir. Harjo Seputro, ST.,MT, Prof. Dr. drg. Ida Aju Brahmasari, Dipl. DHE, MPA, dan Dr. Ir. Muslimin Abdulrahim, M.SIE) menjalankan kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemenristekdikti pada pengusaha rumahan pia di Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.
Klepon adalah jajanan khas Kecamatan Gempol. Namin, selain klepon, Gempol juga memiliki jajanan lain yang juga sudah dikenal luas, yakni pia. Meski belum sepopuler klepon, industri rumahan pia terus berkembang. Salah satunya Kampung Pia di Dusun Warurejo, Desa Kejapanan. Selain pembeli dari dalam kota, banyak pembeli dari luar kota hingga luar pulau.
Salah satu pemilik usaha rumahan pia, Srinah (33) mengatakan, pelangganya bahkan dari Jakarta hingga Sumatera. “Ada yang dari Kalimantan, Sumatera, Bandung dan Jakarta,” kata Srinah di tengah kesibukannya bekerja, Minggu (20/9/2017).
Pia produksi Srinah bermerek Pia Mahen. Memiliki aneka rasa, mulai dari strowbery, coklat, coklat kacang ijo, coklat pisang, tape, dan keju. Pia Mahen milik Srinah sudah membuka cabang di Jombang dan Surabaya. Pia produksinya juga dikirim ke seluruh wilayah di JawaTimur, kecuali Kediri dan Tulungagung.
“Per hari bisa memproduksi 1.000 bungkus. Saya jual mulai dari harga Rp 4.500 sampai Rp 15.000 per kotak,” kata Srinah.
Keberadaan industri rumahan pia selain meningkatkan ekonomi warga, juga bisa menekan pengangguran. Srinah sendiri memiliki 9 karyawan yang semuanya merupakan ibu rumah tangga.
“Ibu-ibu bisa terbantu ekonominya karena banyak yang ditinggal suaminya bekerja di luar kota,” jelasnya.
Srinah merasa terbantu dengan hadirnya UNTAG Surabaya dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti sehingga usahanya bertambah lancar.
“Kendala sebelum bermitra dengan UNTAG Surabaya adalah produktivitas belum optimal karena mesin pengaduk (mixer) yang dimiliki hanya satu, sehingga tidak mampu memenuhi permintaan serta hasil adonannya kurang ‘kalis”, disamping itu waktu yang dibutuhkan mendinginkan pia terlalu lama serta oven yang dimiliki selama ini kurang aman bagi pengunjung terutama bagi anak-anak,” tutur Srinah.
Sekarang, kata dia, kendala-kendala tersebut sudah teratasi karena usahanya telah menerima bantuan gratis berupa kipas angin dinding sebanyak 3 (tiga) buah, mesin mixer kapasitas 5 kg dan oven yang aman disentuh oleh pengunjung.
“Bahkan kami mendapatkan masukan-masukan tentang pengeloaan limbah sehingga limbahnya tidak menggangu lingkungan. Kami berharap kerjasama ini terus berkembang dan berlanjut,” tegas Srinah.
Perlu diketahui bahwa Pia Mahen milik Srinah berkembang menjadi destinasi wisata kuliner. Di lokasi tersebut pengunjung dan wisatawan bisa melihat secara langsung dan mencoba untuk membuat kue pia.