Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah meresmikan Museum Surabaya di Gedung Siola, Jalan Tunjungan Surabaya, Minggu, 3 Mei 2015. Di dalam museum itu terdapat puluhan artefak atau barang-barang bersejarah yang mencerminkan Kota Surabaya masa lalu.
Dr. Ir. Hj. R.A. Retno Hastijanti, MT, Wakil Rektor II Untag Surabaya mengatakan bahwa sebenarnya pelestarian bangunan Gedung Siola tidak terlepas dari pelestarian kawasan Tunjungan. Di dalam koridor Jalan Tunjungan itu ada dua elemen, yaitu jalan dan bangunan. Dari jalan seperti penataan transportasi, kedepan dijadikan salah satu jalan yang dilewati oleh trem.
“ Untuk bangunannya ada beberapa bangunan yang cukup terkenal, yaitu Mojopahit Hotel kelas A dan Monumen Wartawan,sedangkan kelas B adalah Gedung Siola dan lainnya kelas C,” kata Kepala Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik itu.
Dari beberapa bangunan penting itu, menurut dia, kemudian dipilih Gedung Siola yang saat ini dikelola oleh Pemkot untuk dikembangkan sebagai titik tolak berkembangnya keseluruhan Jalan Tunjungan. Pemkot harus menggunakan konsep yang spesifik dipelestarian bangunan Siola ini, yaitu konsep kemanfaatan.
“ Ternyata setelah dianalisa masyarakat itu membutuhkan tidak sekedar shopping mall. Surabaya sudah memiliki kurang lebih 30 shopping center yang berskala regional,” imbuh perempuan pertama penerima penghargaan dari Wali Kota Surabaya sebagai pemerhati Bangunan Cagar Budaya tersebut.
Jadi, lanjut Hastijanti, harus ada keistimewaan di Siola ini, kemudian setelah berbagai macam usul maka diputuskan oleh Wali Kota harus ada museum, yaitu museum yang bisa menandai perkembangan Kota Surabaya. Sementara dari berbagai pengelolaan administrasi ditemukan banyak barang-barang kuno yang menjadi penanda sejarah perkembangan kota Surabaya. “ Seperti mesin ketik kuno, cetak kuno, alat ukur kuno dll. Sebelumnya barang-barang itu disimpan di setiap unit-unit administrasi, dengan adanya gedung siola ini Bu Wali Kota berharap bisa dikumpulkan,” tambah Hastijanti saat ditemui di gedung A lantai 2, Kamis, (11/6/2015).
Menurut Hastijanti, pembangunan area Siola juga bisa menarik turis manca negara terutama turis nusantara. Di museum-museum yang lain jika tidak ada pengunjung maka akan sepi, kalau hanya single museum saja akan kurang semarak. Maka Gedung Siola ini akan ada sentra UKM dan beberapa kantor Pemkot pindah ke Sioala. “ Sehingga Siola ini menjadi gedung yang kompak untuk saling menunjang dari berbagai kegiatan, ada perdagangan, edukasi, dan administrasi,” lanjutnya.
“ Yang ingin dikembangkan di bangunan Siola adalah green building yang ramah lingkungan, bangunan yang tidak mencemari lingkungan, smart, dan hemat energi. Harapannya bisa menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi Tunjungan,” papar Hastijanti.
Sedangkan peran masyarakat diharapkan bisa berpartisipasi mengunjungi museum, mensosialisikan kalau Surabaya memiliki museum baru, selain itu juga sebagai edukasi. “ Kampung-kampung kuno di sekitar Tunjungan juga bisa dikembangkan sebagai tempat pariwisata,” tutupnya.