Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Dalam rangka mengenalkan seni batik dan menyambut Peringatan Hari Kartini tahun 2018, Ikatan Wanita (IWATA) UNTAG Surabaya selenggarakan Semiloka Batik dengan tajuk “Dari Ibu untuk Negeri”. Acara yang dihadiri lebih dari 200 peserta tersebut bertempat di Meeting Room, Kamis (5/4/2018).
Tokoh Budaya dan Pembina IWATA, Nuniek Silalahi, M.Pd, menyatakan kegiatan tersebut merupakan rangkaian menyambut Hari Kartini sekaligus menindaklanjuti pelatihan membatik yang diadakan September tahun lalu.
‘’Kegiatan ini tidak sekedar berbagi wawasan tentang batik, tetapi juga beragam busana. Kami ingin mendengarkan batik dari segi budaya dan mengembangkan bisnisnya,’’ ucapnya.
Ketua Himpunan Ratna Busana Jawa Timur itu mengungkapkan bahwa saat ini masih sedikit yang memahami sejarah dan filosofi sebuah batik. Sehingga kegiatan Semiloka Batik diadakan agar masyarakat lebih mengerti tentang filosofi batik dan semakin mengenal sejarahnya.
‘’Semiloka Batik kali ini bertema ‘Dari Ibu untuk Negeri’, artinya para ibu sejak dulu memiliki banyak karya dan dipersembahkan untuk negara ini sefcara turun-temurun, bahkan zaman dulu pada ibu membatik membuat motif tanpa menggunakan hak paten,’’ ujar Nuniek.
Lebih lanjut dia menjelaskan, setiap motif batik yang dibuat selalu memiliki makna sendiri, bahkan ada batik dengan motif klasik berusia ratusan tahun yang hingga kini masih abadi.
‘’Kain bermotif batik saat ini banyak gempuran dari luar, maka dari itu kegiatan ini sebagai bagian dari sosialisasi. Kita sosialisasikan mulai dari ragam jenis batik hingga peragaanya,’’ tegasnya.
Diwaktu yang sama, Pelestari Batik Dr. Ir Lintu Sulistyantoro mengatakan, batik sebagai warisan budaya dan tradisi Nusantara telah mendapat pengakuan internasional, sehingga keberadaan batik menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga serta melestarikannya.
‘’Meskipun teknik membatik juga dikenal oleh negara lain, tetapi batik kita memang punya kekhasan tersendiri. Oleh karena itu, pengakuan secara internasional bahwa batik adalah warisan budaya dan tradisi Nusantara harus dapat dijaga,’’ ungkap Lintu.
Menurutnya, sudah saatnya batik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan masyarakat negeri ini yang harus dihargai oleh bangsanya sendiri.
‘’Memang perkembangan teknologi saat ini memberikan kemudahan bagi proses pengerjaan batik, tetapi jangan lupa bahwa itu saja tidak cukup. Batik harus dijaga dan dilestarikan,’’ jelas Dosen Fakultas Seni dan Desain Universitas Kriten Petra (UKP) Surabaya itu.
Lintu menambahkan, jika perlu membatik dijadikan bagian dari pendidikan dasar, agar generasi muda negeri ini mengenali, mencintai dan kemudian ikut melestarikan keberadaan batik.
‘’Kalau sejak awal generasi kita sudah dikenalkan dengan batik sebagai kekayaan tradisi dan budaya Nusantara, maka harapannya generasi muda juga akan mencintai batik. Ini sangat penting,’’ pungkasnya.
Seminar yang diselenggarakan bersama Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Provinsi Jawa Timur, Himpunan Ratna Busana, Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur (APBJ), AAI Pengda Jatim, Komunitas Cinta Batik Indonesia (KCBI) Surabaya dan PT. Pegadaian Persero cabang Syariah Blauran tersebut menghadirkan pemateri Dr. Ir. Lintu Sulistyantoro M.,Ds (Fakultas Seni dan Desain UK. Petra), Nuniek Silalahi, M.Pd (Himpunan Ratna Busana Jawa Timur), Ir. Firman Asyhari (Asosiasi Perajin Batik Jatim) dengan moderator Dr. Pinky Saptandari, W.MA.
Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme