Peran Wanita Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia

  • 28 Desember 2016
  • 5948

Pada tanggal 22 Desember 2016 kemarin, Indonesia telah memperingati Hari Ibu secara nasional. Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, tetapi sekarang ini makna dari Hari Ibu telah berubah dari esensi yang sebenarnya.

Wakil Rektor II UNTAG Surabaya, Dr. Ir. RA. Retno Hastijanti, MT saat ditemui warta17agustus.com menjelaskan, Hari Ibu di Indonesia diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Dekret Presiden No. 316 thn. 1953, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Adapun makna dari peringatan Hari Ibu itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

“Hari ibu di Indonesia berbeda dengan Mother’s Day. Kalau Mother’s Day memposisikan ibu sebagai wanita yang melahirkan anak, ibu rumah tangga, sebagai istri. Tetapi, kalau di Indonesia Hari Ibu itu, bagaimana peran wanita dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan,” kata Dr. Hasti di kantornya, Gedung A lantai 2, Jum’at (23/12/2016).


Sekarang ini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, dimana hari tersebut kini diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak dan memakai kebaya.

“Sekarang esensi sejarah dari Hari Ibu mulai hilang. Untuk itu, sebaiknya perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya bisa mengingatkan kembali, yang tidak kalah pentingnya adalah peran dari ibu. Ibu harus ikut berperan aktif dalam pembangunan, ibu juga bisa mendidik anak-anaknya dalam mengenal Indonesia,” jelas dosen Teknik Arsitektur itu.

Peran ibu, lanjut Dr. Hasti, bukan hanya menjadikan anak yang soleh-soleha, tetapi mendidik mereka bahwa Indonesia merupakan bangsa yang plural mulai dari bahasa, suku, kepercayaan, dan lain-lain. Seorang ibu bisa juga menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, saling menghargai sesama, dan menerima perbedaan.

“Indonesia pernah punya presiden wanita, pahlawan wanita, raja wanita pada Kerajaan Majapahit. Artinya, dari lapisan bawah hingga atas sudah membuat wanita bisa berperan aktif dalam pembangunan. Ini yang harus kita teruskan, jangan sampai dengan adanya berbagai perang wacana, terus peran wanita terdegradasi,”  pungkasnya.

 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id