Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Pada saat kelahiran orde baru sekitar tahun 1970-an ada kesan kinerja orang Jawa lebih rendah daripada orang Cina. Menurut Sarsono dosen Fakultas Psikologi UNTAG Surabaya, pengaruh global yang melanda dunia sekarang ini telah membawa pergeseran nilai budaya dalam masyarakat, yang dengan sendirinya akan mempengaruhi perubahan profil nilai kerja individu, khususnya di kalangan Generasi Muda Intelektual (GMI).
Sarsono mengatakan bahwa perbedaan nilai kerja antara GMI Jawa dan Cina-Jawa telah dilakukan terhadap 265 mahasiswa pria dan wanita dari suku Jawa dan Cina-Jawa yang sudah bekerja di kota Yogyakarta dan Surabaya. Dikemukakan lima hipotesis, yaitu (1) saat ini profil nilai kerja GMI Jawa telah berkembang lebih baik dengan lebih mengutamakan nilai prestasi, (2) terdapat kesamaan antara profil nilai kerja GMI Jawa dengan Cina-Jawa, (3) belum ada kesamaan profil nilai kerja GMI wanita dan pria, (4) nilai kerja Cina-Jawa lebih kuat ketimbang Jawa, terutama pada nilai prestasi, kemandirian, dan status, sedang dalam nilai sosial GMI Cina-Jawa lebih rendah, “ Dan (5) nilai kerja pria dan wanita sama kuat,” kata Sarsono.
Menurut analisa dia, menunjukkan bahwa kelima hipotesis dapat diterima, kecuali hipotesis ke-4. Ternyata nilai kerja GMI Jawa justru lebih kuat daripada Cina-Jawa, terutama pada nilai prestasi, kemandirian, dan sosial, sedang Cina-Jawa lebih kuat pada nilai status. Profil nilai kerja GMI Jawa sama dengan Cina-Jawa, yaitu (1) nilai status, (2) nilai prestasi, (3) nilai sosial, (4) nilai komfor, (5) nilai keamanan, dan terakhir (6) nilai kemandirian.
Dari peringkat nilai di atas, menunjukkan bahwa profil nilai kerja GMI wanita lebih baik ketimbang tahun 1970-an. “ Ditemukan bahwa profil nilai kerja wanita ternyata belum dapat menyamai pria. Pria lebih mengutamakan nilai prestasi ketimbang nilai sosial, sedangkan wanita sebaliknya, namun tidak terdapat perbedaan derajat nilai kerja,” pungkas Sarsono.