Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Kebijakan Pemerintahan Jokowi-JK menaikan harga BBM jenis Premium Selasa (18/11/2014) hingga detik ini masih mendapatkan tanggapan yang beragam dari berbagai kalangan mahasiswa maupun masyarakat. Ada yang mendukung kenaikan tersebut, ada yang tidak setuju, dan ada juga yang menanggapi dengan santai. Menurut Dr. Bambang Kusbandrijo, MS, ketua jurusan Administrasi Negara FISIP UNTAG Surabaya pro-kontra harus disikapi dengan bijak jangan malah menjadi bibit perpecahan.
“ Melihat kondisi keuangan, perminyakan di Indonesia, dan bagaimana konstilasi dengan ekonomi politik global, maka menaikan harga BBM merupakan suatu hal yang rasional, kenapa? Karena terbukti negara kita masih impor, bukan lagi swasembada BBM, kita bisa melihat antara harga impor dengan harga yang dijual tidak seimbang, menaikan BBM adalah dalam rangka memapankan ekonomi. Subsidi BBM yang sudah berlangsung puluhan tahun ini tidak tepat target, kita bisa melihat apakah kehidupan petani semakin membaik, nelayan membaik, home industry membaik dengan adanya subsidi BBM? Ternyata tidak. Penghapusan subsidi ini merupakan pengalihan untuk memapankan ekonomi kita, saya melihat bahwa pemerintahan Jokowi-JK ini mempunyai semangat mengembalikan Tri Sakti yaitu kemandirian politik, ekonomi, dan budaya. Dengan menghapus subsidi BBM ini nantinya kita bisa membuat kilang minyak agar tidak impor BBM lagi nantinya, memberdayakan sektor perikanan dalam meningkatkan masyarakat nelayan, petani juga dengan membuat irigasi, memberikan pupuk yang pas dengan petani, sehingga masyarakat bisa maju, ini merupakan langkah yang terintegrasi,” kata Bambang.
“ Jika ada penolakan dari masyarakat tentang kenaikan harga BBM, mereka tidak bisa disalahkan, karena masyarakat masih berpikir bahwa bagi yang berpendapatan kurang, jika BBM naik maka harga-harga barang yang lain akan naik pula, ini sesuatu yang wajar. Tetapi perlu dingat fluktuatif ekonomi seperti itu akan mencapai titik keseimbangan baru jika injeksi pemerintah bisa dilakukan dengan baik dan benar, tetapi juga kita perlu lihat apakah murni penolakan mahasiswa dan masyarakat sifatnya ekonomis ataukah ada dimensi politisnya atau ada kepentingan tertentu tentang BBM itu. Saya katakan ada kepentingan tertentu. Jika kita mau melihat kondisi di lapangan siapakah penikmat subsidi itu. Yang paling banyak menikmati subsidi BBM selama ini adalah mereka yang berekonomi menengah ke atas dan para tengkulak yang kehilangan rasa nasionalismenya membuat BBM yang lebih murah ternyata di jual ke luar negeri dengan harga lebih mahal mencapai 17ribu per liter. Secara politis saya membaca kenapa Jokowi menaikan BBM, ini merupakan upaya Jokowi untuk membuat mafia migas ini kelempungan. Sehingga saya khawatir bahwa demo-demo yang selama ini marak dimotori oleh para mafia migas. Buktinya, dalam 2 bulan ini setelah BBM naik, tenang-tenang saja, mall-mall juga masih tetap ramai, dan tahun baru juga masih ramai,” tambahnya.
Menurut Bambang kenaikan BBM merupakan tantangan kita bersama untuk berperilaku mandiri, jangan selalu dimanjakan bangsa ini, bagaimana jadinya jika selalu hidup manja dalam menghadapi Masyarakat Ekomomi ASEAN (MEA) yang sebentar lagi. Kalau bangsa ini tidak ada sikap mandiri maka akan menjadi budak di negeri sendiri.
Sedangkan tanggapan Bambang mengenai minyak dunia yang turun, tetapi harga BBM di negeri kita naik merupakan langkah yang realistis.
“ Kita mencoba menjadi bangsa mandiri, minyak dunia turun itu sifatnya temporer, dan harus kita akui hutang negara kita terhadap asing itu setiap tahun bukan berkurang tetapi semakin bertambah. Apakah kemudian kita membangun dengan hutang atau dengan kemampuan kita sendiri. Jika kita membangun dengan hutang dari asing pasti kemandirian tidak akan diperoleh dan aset-aset kita secara pelan dan pasti akan dikuasi oleh asing. Tetapi dengan kita menaikan BBM di tengah minyak dunia yang turun maka kita akan mempunyai saving ekonomi. Saving ekonomi tersebut bisa digunakan untuk membangun sektor pendidikan, infrastruktur, kesehatan, dan lain-lain. Janganlah masyarakat itu hanya melihat dari sisi harga minyak dunia turun sedangkan harga minyak kita naik, tetapi lihat pula hutang kita, ekonomi kita, kita masih menjadi negara importir. Jika kita mau melihat secara objektif kenapa kok Jokowi-JK menaikan BBM, karena pemerintah ingin memandirikan dalam sektor migas dulu. Dengan adanya upaya menaikan harga BBM kita punya pundi-pundi membangun tanpa hutang, itu prinsipnya. Menurut saya harga BBM sekarang ini masih normal dan masih dibawah negara-negara tetangga. Jika ini dijalankan dengan baik dan benar, saya akan mendukung kebijakan ini, jika ternyata diselewengkan untuk kepentingan asing dan sebagainya maka ini harus ditolak,” jelas Bambang.
Tentang kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM dan akan menghapus BBM jenis premium di akhir tahun 2015 nanti, inilah pendapat Bambang.
“ Kenapa harga BBM diturunkan sekarang ini, karena saving yang dipunya dirasa sudah cukup jika dipergunakan dengan tepat. Inilah kita bisa melihat yang namanya ekonomis itu tidak staknan, tetapi bisa berubah. Ini rasional menurut saya. Pemerintahan yang baik itu memang harus mengetahui kondisi seperti ini,” ujarnya.
“ Terkait kebijakan pemerintah ingin menghapus BBM jenis premium, kalau kita melihat pengguna premium di dunia hanya kita lho, produksi kita itu ron 92 dan diolah menjadi 88, jika seperti ini akan menjadi mahal lagi karena ada pengolahan ulang. Menurut saya ini salah satu upaya untuk penghematan dan menghindari para mafia migas. Kepentingan bangsa harus diutamakan, dan harus bisa lepas dari jeratan asing. Penghapusan premium merupakan wacana yang bagus asal demi kepentingan bangsa. Saya melihat ada etikat yang baik dari pemerintah untuk memajukan bangsa, bukan hanya menunggu nasib tetapi memperjuangkan nasib sehingga menciptakan SDM yang bagus dalam persaingan dunia dan yang terpenting pro-kontra itu harus disikapi dengan bijak jangan malah menjadi bibit perpecahan,” pesan Bambang.