SMP 17 Agustus 1945 Surabaya Terapakan Strategi Budaya Membaca menjelang UNAS 2015

  • 27 Februari 2015
  • latifah
  • 5863

SMP 17 Agustus 1945 Surabaya terapkan budaya membaca pada semua siswa - siswi untuk menghadapi Ujian Nasional (Unas)  2015  yang kian mendekat dengan tujuan siswa - siswi terbiasa membaca dan mencintai membaca. (26/02/2015)

Nilai Ujian Nasiona (Unas) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ternyata masih  menjadi momok bagi siswa sekolah menengah hingga saat ini. Tidak banyak dari mereka yang mampu menempatkan skor mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih tinggi dibandingkan Bahasa Inggrisnya. Secara nasional, dari 2.210 siswa yang tidak lulus pada satu mata pelajaran (nilai kurang dari empat), sebanyak 484 siswa tidak lulus karena Bahasa Indonesia dan 165 siswa tidak lulus pada mata pelajaran Bahasa Inggris (Kompas, 26 Mei 2012).

Dra. Hj. Wiwik Wahyuningsih, MM. mengatakan bahwa “ Pengaruh teknologi saat ini memberi dampak pada anak – anak malas untuk membaca dan motivasi belajarnyapun tidak seperti anak – anak tahun sebelumnya, sehingga kita membuat program budaya membaca dengan cara 30 menit dijam pertama kita budayakan untuk membaca di perpustakaan ”.

“ Maksud dari budaya membaca untuk membiasakan siswa – siswi mengerjakan mata pelajaran unas bahasa indonesia yang seringkali dalam soal – soal banyak narasi sampai setengan halaman yang harus mereka baca, ” tambahnya.

Wiwik menjelaskan “ Setiap pagi kita luangkan waktu 30 menit siswa – siswi masuk perpustakan, untuk sementara ini kita gilir misal 7a hari senin 7b hari selasa mereka diberi kebebasan membaca apa yang sukai (komik, novel, dsb. yang sudah kita sortir) setelah itu nanti pelan - pelan kita arahkan untuk membaca matapelajaran. Sehingga nantinya mereka terbiasa membaca, senang membaca dan memcintai membaca”.

Sedikit komentar wiwik mengenai kebiajakan baru UNAS 2015 “ jika unas diterapkan mengguanakan sistem Computer-based testing (CBT) pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai karena tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang mencukupi dan kesiapan sistem harus sudah benar – benar matang jangan sampai terjadi seperti Uji Kompetensi Guru (UKG) yang menggunakan sistem online kenyataanya tidak seperti yang diharapkan contoh dijadwalkan jam 8 dimulai tapi kenyataanya jam 9 belum bisa dibuka / diakse, jika itu terjadi pada saat unas maka secara psikologi akan semakin membuat anak down peserta unas”, tutupnya.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

N. S. Latifah

Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme