Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Teknik modeling simbolis efektif untuk meningkatkan harga diri remaja pada keluarga broken home. Pernyataan ini disampaikan oleh Roro Kurnia Nofita Rahmawati mahasiswa Magister Psikologi, Fakultas Psikologi UNTAG Surabaya berdasarkan hasil penelitiannya tentang ‘Efektivitas Teknik Modeling Simbolis Untuk Meningkatkan Harga Diri Remaja Keluarga Broken Home’.
Kepada warta17agustus.com Nofita mengatakan, pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri pada remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Remaja akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior, dan canggung. Namun, apabila kebutuhan harga diri remaja dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan keyakinan diri. dan merasa memiliki nilai dalam interaksi sosialnya.
“Harga diri remaja tidak luput dipengaruhi oleh peran lingkungan, salah satunya adalah lingkungan keluarga. Remaja yang dibesarkan dari keluarga yang utuh maka perkembangan remaja akan mengarah kearah yang baik, namun sebaliknya jika remaja dibesarkan dari keluarga yang broken home dapat menyebabkan pengaruh-pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial remaja. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang di luar rumah,” jelasnya.
Remaja yang dijadikan subjek dalam penelitian Nofita adalah remaja yang berasal dari keluarga broken home yang disebabkan karena perceraian. Broken home menggambarkan keluarga yang tidak utuh, retak, tanpa kehadiran salah satu dari kedua orangtua yang disebabkan karena perceraian, meninggal atau meninggalkan keluarga. Jumlah kasus perceraian terus meningkat setiap tahun dan jumlahnya sangat besar. Broken home karena perceraian dapat menimbulkan dampak positif atau negatif bagi remaja tergantung penilaian remaja terhadap perkawinan orangtua mereka.
“Remaja dari keluarga broken home seringkali tidak mendapatkan dukungan, diabaikan dan direndahkan atau bahkan menerima perlakuan yang buruk dari orangtuanya. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya atau remaja, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada pada perkembangan pergaulan remaja di masyarakat,” ucap Nofita. Kondisi keluarga seperti ini akan menyebabkan remaja mengalami stres atau tekanan dalam dirinya yang akan menghambat pengembangan perasaan dan keyakinan diri remaja tersebut.
Nofita menjelaskan, berdasarkan wawancara dengan guru pembimbing di SMK Negeri 1, SMK Negeri 2, dan SMK Negeri 3 Kabupaten Pamekasan, menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak timbul di kalangan remaja mengarah pada ciri-ciri harga diri rendah. Contoh kasus pada remaja dari keluarga broken home cenderung melakukan aktivitas negatif, sehingga menyebabkan hasil prestasi sekolah menurun karena seringkali membolos, kabur dari rumah, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, turut dalam pelacuran, terlibat dalam narkoba, seks bebas, minum-minuman keras, merokok, tawuran dan aktifitas yang mengambil resiko tinggi seperti kebut-kebutan.
Lebih lanjut, remaja yang mengalami broken home juga tidak memiliki keyakinan akan masa depannya sehingga tidak semangat dalam mengikuti pelajaran, tidak patuh terhadap guru dan secara prestasi belajar, remaja tidak dapat menunjukkan prestasi belajar yang membanggakan. Berdasarkan wawancara dengan remaja keluarga broken home juga diketahui bahwa tidak menyukai keluarga broken home dan ingin keadaan keluarganya kembali seperti dulu agar mendapat kasih sayang yang tulus dari kedua orangtuanya.
“Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu remaja keluarga broken home adalah dengan meningkatkan harga dirinya. Teknik modeling simbolis merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam terapi kognitif-sosial, tujuannya adalah untuk memperbaiki regulasi self, melalui pengubahan tingkah laku dan mempertahankan perubahan tingkah laku yang terjadi,” ujar Nofita. Modeling simbolis adalah salah satu teknik yang digunakan dalam psikoterapi dengan menggunakan film, video, buku cerita, novel, foto, rekaman audio, slide, dll untuk mencapai suatu tujuan.
Hasil analisis statistika deskripsi nilai rata-rata posttest pada variabel harga diri diketahui nilai rata-rata skor harga diri kelompok eksperimen adalah 165,70, sedangkan nilai rata-rata skor harga diri kelompok kontrol adalah 147,89. Ada perbedaan nilai rata-rata skor harga diri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, skor harga diri kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang artinya bahwa teknik modeling simbolis efektif untuk meningkatkan harga diri remaja keluarga broken home.
“Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masyarakat khususnya remaja mudah terpengaruh oleh tayangan- tayangan dari televisi, dan media-media elektronik lainnya. Remaja lebih peka terhadap reaksi-reaksi lingkungan yang ada disekitarnya daripada sebelumnya, baik itu dari media massa, televisi, film atau orang-orang disekitarnya,” tutup Nofita.