Tim LPPM Untag Surabaya Membantu Memaksimalkan Hasil Produksi Pengrajin Batik Tulis Puspita Pacitan

  • 03 September 2015
  • 5761

Nanis Susanti, Titiek Rachmawati, dan Fajar Astuti Hermawati dosen Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui skim Iptek Bagi Masyarakat (IbM) dengan judul IbM Kelompok Pengrajin Batik Tulis “Puspita” Pacitan.

Perkembangan pengrajin batik sekarang tidak hanya dituangkan di atas kain, melainkan sudah mulai berinovasi dan menjadi industry kreatif seperti batik dituangkan ke alat-alat rumah tangga dalam bentuk seprei, gorden, penutup kulkas dan dispense, dan lain-lain, inovasi ke dalam bentuk tas, dompet, sandal, mukena, sajadah dan lain-lain, batik ke dalam bentuk Craft, dan Batik ractal 4, yaitu pembuatan motif batik dengan menggunakan software digital yang dapat menghasilkan berbagai macam motif Batik Indonesia. Karena pentingnya dari kehadiran pengrajin batik dalam perkembangan batik, baik di Indonesia maupun di kancah internasional.

“ Maka, seharusnya pengrajin batik mendapatkan perhatian dari banyak pihak, khususnya pemerintah. Baik dalam segi kesejahteraan pengrajin batik, juga perlindungan terhadap para pengrajin tersebut,” kata Susanti kepada warta17agustus.com

Susanti menuturkan, kelompok ini terletak di Dusun Lodro Desa Bogoharjo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Pacitan. Permasalahan yang dihadapi kelompok pengrajin ini adalah dari aspek produksi membutuhkan alat penyemprot warna batik yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas kain batik. Sedangkan dari aspek pemasaran telah diupayakan cara yang lebih modern dengan membuat blog, namun fasilitas pada blog belum bisa memenuhi kebutuhan pasar yang memadai.

“ Tujuan kegiatan ini adalah mengaplikasikan alat penyemprot warna batik dan mengaplikasikan Web e-commerce untuk memasarkan batik,” jelasnya.

Permasalahan ini, lanjut dia, telah diselesaikan oleh tim pelaksana dengan menerapkan teknologi tepat guna berupa alat penyemprot warna yang menggabungkan prinsip kerja kompresor dengan hardspray. Permasalahan kedua yaitu perluasan pemasaran telah diselesaikan dengan mewujudkan toko online.

“ Kendala yang dirasakan mitra dalam proses pewarnaan adalah hasil akhir warna yang tidak merata, sedangkan kendala untuk Web e-commerce adalah jaringan internet yang lemah dan belum optimalnya pemahaman tentang sistem web. Tahap berikutnya adalah penyempurnaan yaitu mengatasi temuan kendala pada tahap monitoring dan evaluasi,” tutup Susanti.


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id