Totaliterisme

  • 13 November 2018
  • latifah
  • 6001

Poster bertuliskan ‘’Bung Besar Mengawasi Anda’’ menjadi pembuka tabir novel George Orwell, 1984 ini. Kondisi distopia dimana Partai manguasai negeri secara penuh. Rakyat diawasi dan dikontrol sangat represif. Hukuman untuk pembangkang adalah diuapkan. Untuk melanggengkan kekuasaannya, Partai memberikan tiga prinsip: Perang ialah Damai; Kebebasan ialah Perbudakan; Kebodohan ialah Kekuatan.

Forum Leterasi Jumatan, diselenggarakan oleh Bengkel Muda Surabaya mengambil  tema ‘’Kenapa Saya Cinta Buku’’ dengan pembicara Akhudiat, bertempat di Lobby TIC Balai Pemuda Surabaya, 27 Juli 2018. Dalam uraiannya, semasa muda, Akhudiat menemukan novel ‘’1984’’ di sebuah perpustakaan di tempat kelahirannya. Menurut ia, buku yang mendalam, mencekam, dan menyukainya, karena mengkisahkan dunia ‘’jungkir-balik’’.

George Orwell merangkum novel Nineteen Eighty-Four pada tahun 1944, dan tiga tahun kemudian George Orwell menulisnya di salah satu pulau di Skotlandia, Jura, dari tahun 1947 sampai 1948, meskipun Orwell sedang menderita tuberkulosis.

Majalah Time, pada tahun 2005 memasukan novel Nineteen Eighty-Four sebagai salah satu novel terbaik dari 100 novel Inggris dari tahun 1923 sampai 2015. Dan The Modern Library memasukan novel ini pada urutan nomor 13 dari 100 novel terbaik dunia.

Ya, Novel 1984, judul asli Nineteen Eighty-Four, penulis George Orwell, dengan genre fiksi, dystopia, dewasa. Diterjemahkan oleh Landung Simatupang dengan penerbit PT Bentang Pustaka. Novel ini diringkas ooleh Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu (2015) dengan sangat lugas:

Nineteen Eighty-Four, berkisah tentang manusia-manusia yang dizalimi dengan keras oleh sebuah partai yang menganut ideologi totaliternya. Perang dunia yang berlangsung abadi di Provinsi Airstrip One di Oseania. Sebuah pemerintah yang diktaktor mengawasi di mana-mana, setiap argumen masyarakatnya dikendalikan dengan penuh tekanan, didogma oleh paham politik sosialisme Inggris. Kejahatan mereka dipimpin oleh Big Brother, kepribadian yang kuat sekaligus dikultuskan, pemimpin partai yang penuh kelicikan. Mereka sering membuat dan mengatur setiap peraturan yang mereka anggap benar. Kebenaran tunggal.

Kisah ini berpusat pada tokoh protagonis, Winston Smith yang bertanggung jawab untuk propaganda-propaganda, dia juga bekerja di Kementrian Kebenaran, sekaligus anggota Outer Party. Dia adalah orang yang mengharapkan akan adanya pemberontakan secara serius kepada Big Brother. Winston Smith adalah anggota berpangkat rendah partai yang berkuasa di London, di negara Oseania. Kemana Winston pergi, bahkan rumahnya sendiri selalu diawasi oleh sosok Big Brother. Partai mengontrol segala sesuatu di Oceania, bahkan sejarah dan bahasa rakyat. Partai memaksa pelaksanaan bahasa diciptakan disebut Newspeak, yang mencoba untuk mencegah pemberontakan politik dengan menghilangkan semua kata yang berhubungan dengan itu. Bahkan memikirkan pikiran-pikiran yang memberontak adalah perbuatan ilegal. Pada kenyataannya, inilah yang terburuk dari semua kejahatan.

Winston merasa frustrasi dengan penindasan dan kontrol yang kaku dari partai yang melarang pemikiran bebas, seks, dan ekspresi individualitas. Winston tidak suka partai dan telah secara ilegal membeli buku harian dimana dia menulis pengalaman kriminalnya. Dia juga menjadi terpaku pada anggota partai kuat bernama O’Brien, Winston percaya meraka adalah anggota rahasia grup legendaris misterius yang bekerja untuk menggulingkan partai.

Winston bekerja di Kementerian Kebenaran, di mana dia mengubah catatan sejarah agar sesuai dengan kebutuhan partai. Dia melihat seorang rekan kerja, seorang gadis berambut gelap yang indah, menatapnya, dan kecurigaan menyergap, bahwa gadis itu adalah seorang informan yang akan mengubahnya. Dia terganggu oleh kendali Partai Sejarah: partai mengklaim bahwa Oceania selalu bersekutu dengan Eastasia dalam perang melawan Eurasia, tapi Winston tampaknya mengingat saat ini tidak benar. Partai juga mengklaim, bahwa Emmanuel Goldstein adalah orang yang paling berbahaya, tapi ini tampaknya tidak masuk akal untuk Winston. Winston menghabiskan malamnya mengembara melalui lingkungan termiskin di London, di mana kaum proletar, atau proles, hidup jorok, relatif bebas dari pengawasan partai.

Winston menemukan, bahwa O’Brien juga adalah mata-mata partai yang hanya berpura-pura menjadi anggota dari Persaudaraan untuk menjebak Winston melakukan pemberontakan terbuka terhadap partai. O’Brien menghabiskan waktunya untuk menyiksa dan mencuci otak Winston yang berjuang untuk melawan partai. O’Brien mengirimkan dia ke ruang ditakuti 101, tujuan akhir bagi siapa saja yang menentang partai. Di sini, O’Brien mengatakan pada Winston bahwa dia akan dipaksa untuk menghadapi rasa takut terburuknya. Sepanjang novel, Winston telah memiliki mimpi buruk berulang tentang tikus; O’Brien memasukan tikus-tikus ke kepala Winston dan mempersiapkan para tikus untuk memakan wajahnya.

Hekekat Totaliterisme                                                                                                       

Menurut Carter dan Herz, totaliterisme ditandai oleh dorongan negara untuk memaksakan persatuan, usaha menghapus oposisi terbuka dengan suatu pimpinan yang merasa dirinya paling tahu mengenai cara-cara menjalankan kebijaksanaan pemerintah. Pimpinan tersebut menjalankan kekuasaan melalui suatu elite yang kekal. Di balik tindakan yang membenarkan konsentrasi, mencakup  pembatasan atas kekuasaan individu dan kelompok. Sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan terakhir yang pasti atau tujuan tertentu yang menurut mereka sudah ditakdirkan oleh sejarah. Ciri menonjol totaliterisme modern adalah tumpang tindihnya pola-pola dan struktur sosial yang harus dilenyapkan. Suatu masyarakat yang homogeni dan seragam adalah keadaan dari kejadian-kejadian yang sangat diinginkan. Ide semacam ini berbahaya karena mengandung premis-premis sosiologis yang keliru.

Ciri paling utama dari pemerintahan totaliter disugestikan oleh kata total. Di bawah totalitarianisme, semua institusi sosial dikontrol oleh negara. Kontrol itu mencakup ekonomi, pendidikan, agama, dan bahkan keluarga. Negara itu sendiri dijalankan oleh satu partai tunggal. Karena negara atau partai mendominasi semua dimensi kehidupan sosial, maka ia pun secara total mendominasi semua dimensi kehidupan sosial, maka ia pun secara total mendominasi kehidupan individual. Pekerjaan yang dilakukan seseorang harus sesuai dengan yang ditugaskan partai yang berguna bagi partai, serta sikap-sikap yang berguna bagi negara; agama akhirnya merupakan loyalitas terhadap negara. Kehidupan keluarga pun berpusat pada aktivitas-aktivitas yang mendukung negara.

Carl J. Friederich dan Zbigniew Brzezinski menyebutkan enam ciri totalitarianisme politik. 1) Adanya ideologi yang terperinci. Ideologi ini merupakan ajaran resmi yang merinci bagaimana para anggota masyarakat diharapkan menjalankan hidup mereka . 2) Adanya satu partai tunggal. Partai tunggal ini biasanya diorganisasikan dengan baik. 3) Adanya sistem teror yang luas yang dijalankan oleh partai atau oleh para polisi rahasia. 4) Adanya kontrol pemerintah dan partai atas semua sarana komunikasi massa, seperti pers, radio, dan film. 5) Dikondisikan secara teknologis dan sebenarnya adanya kontrol yang ketat melalui militer. 6) Adanya kontrol negara atas seluruh sektor ekonomi.

Dalam dunia modern, totalitarianisme memiliki dua bentuk yaitu komunisme dan fasisme. Komunisme jelas berbeda bagi bangsa yang berbeda di tempat yang berbeda, dan pada masa yang berbeda. Di bangsa-bangsa yang sedang berkembang, komunisme seringkali dikaitkan dengan revolusi terhadap pemerintahan kolonial. Bagi para pekerja, di beberapa bangsa Eropa Barat, seperti di Prancis dan Italia, istilah komunisme mengacu pada pembelaan kepada kepentingan-kepentingan masyarakat kelas bawah. Bagi banyak politisi konservatif di Amerika Serikat, komunisme berarti suatu konspirasi internasional yang bermaksud mendominasi dunia. Bagi para warga negeri-negeri sosialis, istilah komunisme mengacu pada tujuan yang sangat berarti bagi masyarakat yang harus dicapai. (Gunawan Graha, 2016)

Meskipun terdapat beragam penafsiran, komunisme dapat didefinisikan sebagai suatu sistem politik di mana instrumen utama dari produksi ekonomi, distribusi, dan pertukaran merupakan hak milik bersama daripada hak milik pribadi. Pada prinsipnya, tanggung jawab tertinggi dari mereka yang melakukan aktivitas-aktivitas ekonomis dalam komunitas adalah bagi penduduk dari bangsa yang bersangkutan, bukan bagi kepentingan pribadi atau kelompok sendiri. Itulah alasan mengapa komunisme itu bertentangan dengan kapitalisme dan rezim demokratis borjuis, yang mendukung suatu sistem produksi yang bertujuan untuk mencapai keuntungan bagi sekelompok kecil kelas pemilik modal, ketimbang memenuhi kebutuhan-kebutuhan mayoritas.

Bahaya Totaliterisme

 

Brainwashing (cuci otak) adalah sebuah metode yang dikembangkan pertama kali oleh Tiongkok saat terjadi perang Korea. Tiongkok melakukan penangkapan besar-besaran terhadap tentara Amerika lalu mengubah ideologi mereka secara perlahan-lahan. Metode yang dilakukan pun beragam meski tujuannya sama. membuat otak mereka melupakan sesuatu di masa lalu dan diisi dengan sesuatu yang baru. Metode dari cuci otak ini juga dipakai oleh beberapa sekte agama mau pun kelompok kriminal berbahaya. Demi merekrut banyak orang, mereka bisa melakukan apa saja termasuk mengancam dan memberikan doktrin.

Seperti yang dikatakan Budi Darma, bahwa salah satu jalan untuk mengubah orang menjadi robot adalah melalui pencurian otak, seperti yang akhirnya dialami sendiri oleh Winston. Untuk keperluan mencuci otak, partai juga menciptakan bahasa baru. Apabila kebutuhan tertentu ditekan sampai orang tidak lagi merasakan kebutuhan tersebut, dengan sendirinya idiom untuk mengungkapkan keperluan tersebut akan terkikis. Melalui pengontrolan pemikiran, partai memang dapat memanipulasi rakyat. Seperti itu juga yang terlihat dalam novel 1984, untuk mengontrol pemikiran rakyat, partai perlu menciptakan slogan-slogan.

Lebih lanjut apapun yang terjadi, manusia tetap mempunyai instrink untuk mempertahankan harkatnya. Beberapa kali percobaan pembunuhan terhadaap Hitler, larinya orang-orang dari Blok Timur ke Blok Barat; Revolusi Kebudayaan di RRC, dan sebagainya, merupakan pertanda, bahwa segala macam bentuk penindasan tidak akan seratus prosen berhasil. Orwell lebih banyak menekankan bahaya totaliterisme, dan karena itu dalam novelnya, orang-orang yang masih mempunyai instrink mempertahankan harkatnya pasti terkalahkan oleh partai. Sikap Julia melepaskan pakaiannya di hadapan Winston Smith, yang menurut Orwell seakan-akan merupakan penghancuran terhadap ‘’a whole culture, a whole system of thought, as though Big Brother and the Party and Thought: Police could all be swept into nothingness by a single splendid movement of the arm’’, juga akhirnya terkalahkan oleh kekuasaan partai.

Akhirnya, otalitarianisme lahir seiring berkembangnya modernitas, atau gaya hidup modern. Modernitas mendukung budaya jungkir balik antara teori dan praksis.

Penulis : Soetanto Soepiadhy, Pakar Hukum Konstitusi UNTAG Surabaya dan Pendiri ‘’Rumah Dedikasi’’ Soetanto Soepiadhy

 

 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

N. S. Latifah

Redaksi yang malang melintang di bidang jurnalisme