Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Menurut perjanjian lama, Hari Raya Paskah merupakan hari peringatan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Saat itu anak – anak sulung bangsa Mesir dibunuh, tetapi pintu – pintu rumah orang Ibrani dilewati (dilewati atau melewati dalam bahasa Ibrani adalah ‘’Pésah’’). Peristiwa itu diperingati dengan makan ‘’korban Paskah’’. Sedangkan dalam perjanjian baru ‘’korban Paskah’’ adalah Yesus Kristus sendiri yang disebut juga dengan ‘’Anak Domba yang disembelih’’. Dalam perkembangannya Hari Raya Paskah mendapat nuansa baru yaitu perayaan kebangkitan Yesus Kristus.
Makna Paskah dalam Perjanjian Lama bisa dibaca kejadiannya pada Kel. 12: 12 – 13, yaitu pada peristiwa kematian semua anak sulung di tanah Mesir, baik manusia mau pun binatang. Di situ Allah berjalan melewati (pesakh) rumah-rumah, dan pada setiap pintu yang bertanda darah, Allah akan melewatkannya, tetapi tidak demikian pada rumah-rumah yang pintunya tidak bertandakan darah, di situ akan terjadi tulah kemusnahan.
Menurut pandangan pemeluk agama Kristen arti paskah dapat dilihat dalam 3 hal penting. Yang pertama yaitu kematian Kristus telah menebus dosa umat Kristen. Rasus Petrus mengatakan bahwa ‘’kita ditebus bukan dengan barang yang fana, melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus’’ (1 Pet 1 : 18 – 19). Bukan hanya Adam tetapi semua manusia telah terkena perangkap Iblis. Manusia harus diambil dari perangkap itu dengan ditebus atau dibeli kembali. Hanya dengan jalan inilah manusia dapat berkomunikasi lagi dengan Allah.
Di atas kayu salib di Golgota itu telah terjadi suatu penebusan atau pembayaran yang tidak ternilai harganya, yang jauh lebih mahal dari nilai kita yang sesungguhnya. Hal ini dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus karena kasihNya kepada umat kesayanganNya. Inilah arti Paskah bagi kita, marilah kita menghargai apa yang sudah dilakukan Yesus Kristus di Golgota, dengan percaya padaNya, mengasihiNya, melakukan apa yang diperintahkanNya dengan segenap hati, jiwa dan segenap akal budi kita.
Yang kedua yaitu kebangkitan Kristus memberikan pengharapan. (1 Kor 15:14) ‘’Tetapi andai kata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaanmu’’. Ungkapan Paulus ini memberikan sebuah analogi yang berkaitan dengan masa depan kita atau keselamatan. Ketika Yesus tidak bangkit berarti kita juga tidak akan selamat karena Yesus sendiri telah tunduk di bawah maut dan Dia tidak berkuasa atas maut. Jika Dia tidak berkuasa atas maut maka Dia juga tidak berkuasa untuk menjadi penyelamat atau Mesias bagi manusia. Akan tetapi Yesus sungguh-sungguh bangkit. Itulah yang akan membuat kita semakin bersemangat dalam menjalani hidup.
Hal ini juga menjadi semangat juga bagi para Rasul ketika mereka menemui Yesus sudah bangkit. Padahal ketika Yesus mati, mereka sangat ketakutan karena kehilangan sosok figure seorang Guru Agung. Paulus secara tegas juga mengatakan dalam ayat yang ke 17 bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan maka kita pun masih hidup dalam dosa kita. Memang tidak mungkin dosa kita hilang jika pribadi Yesus juga mati dalam tumpukan dosa manusia. Ayat yang ke 19 lebih jelas lagi akibat jika Yesus tidak bangkit. Kita akan menjadi orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
Merupakan suatu kebodohan besar jika kita menyembah Allah yang hanya mati tapi tidak bangkit. Kebangkitan Kristus sungguh mengubah seluruh analogi Paulus. Kebangkitan Kristus dapat memberikan pengharapan seperti kepercayaan kita terhadap Kristus tidak akan sia – sia, pemberitaan Injil merupakan hal yang tidak sia-sia atau kebohonga, kita sudah bebas dari dosa, kita tidak binasa melainkan hidup kekal bersama Yesus, kita menjadi orang yang paling beruntung karena Kristus.
Sedangkan yang ketiga, kebangkitan Kristus telah mengubah kita. Mengubah status kita (Roma 5:10). Ketika kita masih berdosa maka status yang kita sandang adalah “Seteru Allah” atau berarti musuh Allah. Allah yang Maha Suci secara jelas tidak akan kompromi dengan dosa. Upah dosa ialah maut (Roma 6:23) sedangkan semua manusia telah berbuat dosa (Roma 3:23). Logika yang dipakai adalah bahwa semua orang akan mengalami maut atau kebinasaan. Status kita yang menjadi seteru Allah hanyalah membuat kita menjadi manusia yang asal – asalan dalam menjalani hidup. Tidak ada kemurnian batin dalam hidup.
John Calvin pernah mengatakan bahwa di dalam hidup manusia terdapat sebuah lubang kekosongan yang tidak bisa diisi oleh apapun kecuali Allah sendiri yang mengisinya. Ketika Allah mengisi lubang kosong tersebut, maka kita akan memiliki kepuasan dalam relasi dengan Tuhan. Akan tetapi status kita yang menjadi seteru Allah tidak akan membuat kita bisa mengisi kekosongan tersebut karena Allah tidak ada dalam hidup kita. Kebangkitan Kristus memberikan sebuah perubahan yang nyata dalam hidup kita. Status kita bukan lagi ‘’seteru Allah’’ melainkan menjadi ‘’anak-anak Allah’’ (Yoh 1:12). Status kita sudah berubah total. Bukan lagi sebagai seorang musuh tetapi seorang ‘’anak angkat’’ Raja segala raja. (rr)
Repoter : YRS
Editor : LA_unda