Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Informasi bahwa nilai tukar dolar AS anjlok hingga Rp8.170,65 yang sempat viral di media sosial dipastikan hoaks. Dr. Gustaf Naufan Febrianto A.Md., S.E., M.M, dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Untag Surabaya, sekaligus Kepala Gugus Penjaminan Mutu (GPM) FEB Untag Surabaya, menegaskan bahwa perubahan nilai tukar yang begitu drastis dalam semalam adalah hal yang mustahil secara ekonomi.
Menurutnya, kesalahan teknis yang tidak berdasar pada kondisi ekonomi yang sebenarnya. Kabar mengenai nilai tukar rupiah yang tiba-tiba menguat hingga Rp8.000 per dolar AS tidak masuk akal secara ekonomi.
“Ekonomi Indonesia memang tumbuh sekitar 5% tahun ini, tetapi untuk mencapai penguatan mata uang hingga Rp8.000 per dolar, pertumbuhan ekonomi harus mencapai angka yang jauh lebih besar, bahkan lebih dari 15%, yang dalam kondisi normal tidak realistis,” ujarnya (6/2/25)
Kabar ini awalnya muncul dari tampilan di Google yang menunjukkan nilai tukar rupiah menguat tajam terhadap dolar AS. Namun, setelah ditelusuri, Bank Indonesia (BI) mengonfirmasi bahwa data tersebut merupakan kesalahan sistem Google dan bukan angka resmi dari otoritas keuangan. Faktanya, saat itu, nilai tukar rupiah masih berada di kisaran Rp16.285 per dolar AS.
Dampak Hoaks terhadap Stabilitas Ekonomi
Penyebaran berita hoaks seperti ini berpotensi mengganggu stabilitas pasar keuangan. Masyarakat yang tidak memahami mekanisme pergerakan nilai tukar bisa panik dan mengambil keputusan finansial yang kurang tepat.
“Jika masyarakat mempercayai berita ini dan bereaksi berlebihan, misalnya dengan melakukan spekulasi valuta asing atau menarik investasi secara mendadak, maka dapat menimbulkan ketidakstabilan di pasar,” jelas Doktor Muda Ekonomi itu
Selain itu, ia menekankan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi, seperti inflasi, kebijakan suku bunga, serta stabilitas politik dan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar tidak bisa berubah secara drastis dalam waktu singkat tanpa adanya faktor fundamental yang mendukung.
Pemerintah dan BI Terus Jaga Stabilitas Rupiah
Saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berada di kisaran Rp16.000. Meski masih dalam batas wajar, kondisi ini tetapi tetap menjadi tantangan bagi perekonomian nasional. Melemahnya rupiah berdampak pada kenaikan harga minyak dunia, yang berimbas pada kenaikan harga bahan bakar dan biaya operasional perusahaan. Sektor swasta, termasuk perusahaan energi seperti Shell, Vivo Energy Indonesia , dan British Petroleum (BP), turut merasakan dampak dari perubahan nilai tukar ini.
“Jika dolar naik terlalu tinggi, misalnya mencapai Rp25.000, maka dampaknya bisa sangat buruk. Kenaikan harga barang impor akan memicu inflasi yang tinggi, memperburuk daya beli masyarakat, dan menekan pertumbuhan ekonomi,” tambahnya
Untuk mengantisipasi dampak buruk dari fluktuasi nilai tukar, pemerintah bersama Bank Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi melalui kebijakan seperti, pengendalian inflasi, menjaga keseimbangan nilai tukar, serta menyesuaikan suku bunga acuan agar tetap kompetitif di pasar global.
Masyarakat Harus Lebih Cermat dalam Menerima Informasi
Dr. Gustaf menghimbau masyarakat agar lebih selektif dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan.
“Saat ini, informasi bisa menyebar dengan sangat cepat, terutama melalui media sosial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memeriksa kebenaran berita sebelum mempercayainya atau bahkan ikut menyebarkannya,” tegasnya
Ia juga menyarankan agar masyarakat mengacu pada sumber resmi seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), atau Kementerian Keuangan untuk mendapatkan informasi yang valid mengenai nilai tukar dan kebijakan ekonomi.
Hoaks Tidak Boleh Menggoyahkan Stabilitas
Kasus ini menjadi pengingat bahwa nilai tukar mata uang bergerak berdasarkan faktor ekonomi yang kompleks dan tidak bisa berubah drastis dalam semalam. Jika ada berita yang menyebutkan rupiah tiba-tiba menguat hingga Rp8.000 per dolar, maka bisa dipastikan itu hoaks.
Dengan kesadaran dan literasi finansial yang baik, masyarakat dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi dengan tidak mudah terpengaruh oleh berita hoaks. Pemerintah dan lembaga keuangan pun terus berupaya untuk menjaga keseimbangan ekonomi agar tetap kondusif bagi pertumbuhan jangka panjang. (Boby)